LIPI Sarankan Hidrodinamika Danau untuk Atasi Sedimentasi Danau Tempe

Reading time: 3 menit
hidrodinamika
Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Limnologi telah melakukan kajian daya dukung ekosistem Danau Tempe di Sulawesi Selatan untuk model pengelolaan danau berbasis daya dukung ekosistem. Hasil kajian tersebut mengatakan bahwa Danau Tempe mengalami sedimentasi yang sangat tinggi. Oleh karenanya, LIPI membuat berbagai alternatif berbasis hidrodinamika danau untuk memperbaiki ekosistem Danau Tempe.

Danau Tempe terletak di bagian barat Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Danau seluas 18 ribu hektare ini mempunyai karakteristik sebagai danau paparan banjir (floodplain lake) dan merupakan salah satu danau tektonik di Indonesia.

Peneliti Senior di Pusat Penelitian Limnologi LIPI Iwan Ridwansyah mengatakan, dilihat dari literatur yang sudah ada dan dari banyak penelitian, penyebab dari sedimentasi tinggi di Danau Tempe dikarenakan oleh ahli fungsi lahan. Hampir 20% di Daerah Aliran Sungai (DAS) dibuka untuk lahan pertanian yang kebanyakan cara pengelolaannya tidak ramah lingkungan.

“Jadi lahannya langsung dibuka. Begitu dibuka terjadi hujan langsung erosi. Itulah yang menjadi masalah utama di hulunya terutama di daerah Kabupaten Wajo ini. Banyak yang bertani lada dan merica dimana sistem pengelolaannya langsung dipangkas hutannya dan dijadikan lahan budidaya. Itulah penyebab kenapa sedimennya menjadi tinggi,” ujar Iwan pada acara diskusi media di Media Center LIPI, Jakarta Selatan, Kamis (15/11/2018).

BACA JUGA: Perbaiki Kualitas Air Danau Toba, LIPI Sarankan Keramba Jaring Apung Dibatasi 

Iwan melanjutkan, sejak sekitar abad ke-14 Masehi, penebangan hutan secara luas, pembukaan lahan pertanian secara terus-menerus di dataran rendah dan lembah, ditambah pembukaan atau perluasan lahan perkebunan dan penanaman palawija dengan sistem ‘tebang bakar’ atau ‘babat-bakar’ yang terlalu intensif di perbukitan dan di pegunungan telah menyebabkan perbukitan gundul, lembah tandus serta musnahnya berbagai jenis flora. Hal ini pada gilirannya merupakan penyebab terjadinya erosi yang parah dan pendangkalan danau serta muara sungai.

“Erosi yang terjadi akibat alih fungsi lahan tersebut menghasilkan gumpalan atau endapan yang terbawa oleh aliran dari tiga sungai yakni Sungai Bila, Batu Batu dan Lawo yang akhirnya bermuara di Danau Tempe,” ujar Iwan

Iwan mengatakan rata-rata sedimentasi yang terjadi di Danau Tempe sebanyak 519.000 meter kubik per tahun yang disebabkan oleh erosi dari beralihnya fungsi lahan dalam hal ini menjadi sektor pertanian.

Melihat permasalahan tersebut, Pusat Penelitian Limnologi LIPI mensimulasikan interaksi komponen-komponen penyusun ekosistem Danau Tempe berbasis hidrodinamika danau. “Hidrodinamika danau merupakan hasil permodelan berupa simulasi yang menunjukkan parameter yang bisa dilihat alternatif mana yang paling sedikit mendapatkan sedimen di Danau Tempe,” ujar Iwan.

hidrodinamika

Tabel: Alternatif LIPI berbasis hidrodinamika untuk perbaikan Danau Tempe. Sumber: Pusat Penelitian Limnologi LIPI

Iwan mengatakan dari tiga alternatif yang LIPI berikan, bisa dikatakan alternatif 1 yang paling optimum karena paling sedikit mengendapkan sedimen di Danau Tempe, yakni dengan zona pengerukan di zona 3, 4, dan 5 dengan volume pengerukan 23.890.596,8 meter kubik.

“Zona 3 area Danau Tempe yang mewakili area terbuka, Zona 4 area teluk Danau Tempe yang mewakili masukan sungai-sungai dari sebelah utara dan barat (di antaranya sungai Bila), dan Zona 5 mewakili area keluaran Danau Tempe,” jelas Iwan.

BACA JUGA: LIPI: Ekohidrologi, Solusi Ketersedian Air Bersih Berkelanjutan di Indonesia 

Diketahui bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 menetapkan Danau Tempe sebagai salah satu dari 15 danau prioritas nasional untuk segera direhabilitasi karena tingkat sedimentasinya yang sangat tinggi.

“Masalah sedimentasi ini juga dipahami oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tapi cara mereka memperbaikinya dengan cara mengeruk semua endapan tersebut, yang mana menurut kami kurang benar dan berbeda dari cara kami melakukannya sesuai dengan kajian penelitian yang sudah ada. Melihat hal itu, kami pun mengatakan kepada PUPR bahwa ada beberapa genangan yang berfungsi baik untuk mendukung hidup ikan di sana,” tutur Kepala Pusat Limnologi Fauzan Ali.

Fauzan mengatakan bahwa ajakan untuk mengundang PUPR untuk terlibat bersama dengan LIPI untuk memperbaiki ekosistem Danau Tempe ini sudah ada namun responnya yang kurang responsif dan akhirnya kerja sendiri-sendiri.

“Kami mengharapkan adanya kerjasama di berbagai pihak yang terlibat di perbaikan Danau Tempe untuk bisa berdiskusi besama-sama sehingga penyelamatan ekosistem danau tempe ini cepat terwujud,” kata Fauzan.

Penulis: Dewi Purningsih

Top