Omon Rusmana; Beternak dan Belajar

Reading time: 5 menit

Beternak susu sapi perah telah menjadi komitmen hidup bagi Omon Rusmana. Di pekarangan rumahnya di kawasan Lembang yang juga difungsikan sebagai lahan beternak, ia mengelola sejumlah sapinya dengan telaten. Hingga kini, perjalanan roda usahanya tak bisa dipandang sebelah mata. Berbagai penghargaan, dari mulai gelar Peternak Terbaik sampai Peternak Percontohan Jawa Barat, telah berhasil diraihnya. Simak penuturan Omon pada Greeners, tentang singkatan KUTR yang jadi kunci suksesnya, kelemahan peternak Jawa Barat selama ini, hingga pendapatnya tentang susu impor dan biogas, berikut ini…

Oleh: Sandi Jaya Saputra | Artikel ini diterbitkan pada edisi 05 Vol. 3 Tahun 2008

 

Alasan beternak sapi?
Berternak sapi pada dasarnya yang saya rasakan lebih menguntungkan dan tidak terlalu berisiko tinggi, yang penting ulet.

Cerita awal mula Anda beternak sapi perah?

Saya memulai karir pada tahun 1951 sebagai petani sayuran dan sekaligus menjual sayuran tersebut ke Jakarta. Sampai tahun 1983, saya mengalami kemunduran dan bisa dikatakan bangkrut. Pada proses kemunduran tersebut, saya berpikir untuk memulai bisnis ternak sapi tetapi saya belum punya modal. Dimulai tahun 1987, KPSBU Lembang ada program kredit sapi dari New Zealand. Dari situ, saya kredit empat sapi jenis “dara bunting” dengan tenggang waktu pembayaran 7 tahun. Yang menjadi kebanggaan saya adalah saya dapat kredit sapi yang ditargetkan 7 tahun, tetapi saya mampu membayar dengan jangka waktu 5 tahun saja.

Perbedaan bisnis pertanian dengan beternak sapi perah?

Pada dasarnya bisnis pertanian untungnya lebih besar tetapi ruginya juga sangat besar. Tetapi pada bisnis ternak sapi perah, meskipun untungnya tidak sebesar bisnis pertanian, tetapi mayeng (red: ada saja untungnya) dan allhamdulilah bisa menyekolahkan 4 anak saya sampai perguruan tinggi.

Dari mana inspirasi Anda beternak sapi perah?

Pada tahun 1993, saya mengikuti pelatihan yang diadakan oleh KPSBU yang berkerja sama dengan Jepang. Mulai dari situ, saya mendapatkan teori yang langsung dipraktekkan. Saya mendapatkan pencerahan dari pelatihan tersebut. Sebelum saya mendapat pelatihan, saya berternak seperti peternak kebanyakan waktu dulu. Sekarang saya lebih memberi perhatian pada banyak hal, seperti bagaimana memberi makan yang baik, bagaimana memperlakukan sapi dan sistem pencatatan.

Sistem pencatatan seperti apa?

Sistem pencatatan menjadi penting karena pencatatan tersebut bisa dijadikan alat penelitian, seperti pencatatan induk sapi, berapa liter susu yang dihasilkan dari setiap sapi, dan juga untuk melihat pembukuan keuangan. Dari sistem pencatatan, dapat dilihat sapi yang berkualitas tinggi dan rendah, maka bisa dilakukan sistem penyeleksian keturunan sapi. Pencatatan saya yang dimulai dari tahun 1987, masih saya simpan (tertawa).

Apa yang membedakan Anda dengan peternak sapi yang lain?

Pada awal beternak, saya sudah melakukan pencatatan, karena kebiasan saya sewaktu bisnis pertanian. Itu dipertajam sewaktu saya mengikuti pelatihan dari Jepang. Dari hasil pencatatan tersebut, saya mendapat beberapa kesimpulan. Pertama, perbedaan keuntungan dengan bisnis sayuran. Kedua, saya dapat melihat sapi mana yang menghasilkan susu yang banyak dan selanjutnya saya menyeleksi sapi tersebut. Maka, sapi dengan hasil susu yang rendah saya jual dan saya mengembangkan sapi yang berkualitas. Dari segi pemeliharan, saya juga sangat memperhatikan. Misalnya, pemberian pakan ternak, kebersihan sapi, kebersihan alat-alat penampung susu, yang mengakibatkan kualitas susu dari sapi yang saya pelihara lebih unggul dari segi kualitas.

Kabarnya Anda bahkan pernah mendapat beberapa penghargaan?

Pertama, tahun 1991 saya menjadi perwakilan peternak sapi se-Jawa Barat pada ajang Peternakan Nasional. Tahun 1994, saya mendapatkan juara satu se-Jawa Barat pada masalah pencatatan. Tahun 1995, saya juara satu se-Jawa Barat hasil keturunan. Tahun 1996, saya kembali juara satu se-Jawa Barat hasil keturunan. Tahun 1997, saya mendapatkan piagam dari Gubenur Jawa Barat Pak Nuryana sebagai peternak terbaik, dan itu menjadi penyemangat saya dalam beternak sapi perah.

Bagaimana cara Anda mendapatkan produksi susu berkualitas tinggi?

Pertama, untuk meningkatkan susu dengan produksi yang maksimal, maka saya memakai sistem penyeleksian pada sapi, karena saya tidak memelihara sapi yang mempunyai  produksi susu 12 liter per hari, dan rata-rata sapi yang saya pelihara menghasilkan susu sebanyak 21 liter per hari. Kedua, untuk menjaga kualitas susu adalah dengan pemberian pakan yang baik dan bersih, menjaga kebersihan sapi, menjaga puting sapi harus pada keadaan bersih, dan setelah diperah, putingnya harus dicelup memakai obat, menjaga kebersihan kandang sapi. Dan tidak kalah pentingnya adalah menjaga kebersihan penampung susu dengan cara dicuci dengan air panas dan ditiriskan sampai kering.

Berapa harga susu sapi sekarang dan apakah relevan dengan biaya pakan ternak dan pemeliharaan sapi?

Untuk saat ini, harga yang saya tahu berkisar Rp 2900-3200. Namun yang menarik pada harga susu sapi adalah harganya berdasarkan kualitas susu yang dihasilkan peternak dengan kandungan jumlah bakteri. Tetapi Allhamdulilah, untuk harga susu sapi yang saya pelihara saat ini berharga Rp 3200. Apakah relevan dengan pakan dan pemeliharaan sapi, untuk saat ini saya kira masih cukup.

Top