ProFauna: Keberadaan Pabrik Nikel Ancam Ekosistem Taman Nasional Baluran

Reading time: 2 menit
Taman Nasional Baluran. Foto: greeners.co

Malang (Greeners) – Organisasi Protection of Forest & Fauna (ProFauna) menolak berdirinya pabrik nikel di dekat kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. ProFauna khawatir kehadiran perusahaan pengolahan nikel (smelter) yang berbatasan dengan Taman Nasional Baluran mengancam kelestarian ekosistem dan satwa liar. Pasalnya, Taman Nasional Baluran menjadi habitat bagi satwa liar dengan mobilitas tinggi, seperti banteng, kerbau liar, rusa, dan ajag.

Juru kampanye ProFauna, Swasti Prawidya Mukti, mengatakan, perusahaan pengolahan nikel sudah membuka lahan (land clearing) di lahan yang berbatasan dengan Taman Nasional Baluran yang jaraknya sekitar 500 meter dari pos masuk taman nasional. “Kami menolak pabrik pengolahan nikel,” kata Swasti, Rabu (03/09/2014).

Swasti menambahkan, pembukaan lahan saja bisa mengancam keselamatan satwa liar, karena bisa saja satwa tersebut berpindah tempat melintasi jalan yang dibuat perusahaan nikel. Menurutnya, perusahaan harus membeberkan amdal pembangunan secara transparan.

Lebih jauh Swasti menjelaskan, bahwa keberadaan smelter membutuhkan banyak sekali pasokan listrik dan batubara sebagai bahan bakar proses pengolahan. Proses smelting, kata Swasti, akan menghasilkan konsentrat mineral, serta produk limbah padat berupa batuan dan gas buang SO2.

“Saat menguap ke udara, senyawa SO2 dapat menyebabkan hujan asam, yang jika turun ke tanah akan meningkatkan derajat keasaman tanah dan sumber air sehingga membahayakan kelangsungan hidup vegetasi dan satwa,” katanya.

Kepala Taman Nasional Baluran, Emi Endah Suarni, saat dikonfirmasi membenarkan isu tentang rencana pendirian pabrik pengolahan nikel. Hanya saja, pihak taman nasional belum mengetahui amdalnya. Emi berharap, pembukaan lahan perusahaan nikel segera dilengkapi pemagaran, agar satwa liar yang ada di taman nasional tidak menyeberang ke lahan yang dibuka oleh perusahaan itu.

Taman Nasional Baluran yang mempunyai luas 25.000 ha itu merupakan habitat berbagai jenis satwa liar. Tercatat, terdapat 155 jenis burung dan 26 jenis mamalia, diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus pelandoc), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus).

(G17)

Top