Kerang Mutiara, Penghasil Perhiasan dari Dasar Laut

Reading time: 2 menit
kerang mutiara
Foto: wikimedia.org

Diamonds are a girl’s best friend…

Sepenggal lirik jazz yang terkenal ini pernah dinyanyikan oleh Marilyn Monroe. Lirik ini mengisyaratkan bahwa kaum hawa sangat menyukai perhiasan. Sebagai alat untuk menunjang penampilan, salah satu elemen perhiasan yang digemari perempuan adalah mutiara.

Kerang mutiara (Pinctada) merupakan salah satu komoditas ekspor dalam bidang budidaya laut yang bernilai ekonomis tinggi sebagai penghasil mutiara. Kerang mutiara merupakan salah satu biota laut yang hampir semua bagian dari tubuhnya mempunyai nilai jual, baik mutiara, cangkang, daging dan organisme kerang itu sendiri (benih maupun induk).

Jenis-jenis kerang mutiara yang ada di Indonesia adalah Pinctada maxima, Pinctada margaritifera, Pinctada chimnitzii, Pinctada fucata dan Pteria penguin. Dari kelima spesies tersebut yang dikenal sebagai penghasil mutiara terpenting yaitu P.maxima, P. margaritifera dan Pteria penguin.

Kerang mutiara merupakan hewan laut yang bertubuh lunak, tidak bertulang punggung dan dilindungi oleh dua belah keping cangkang yang tidak simetris, tebal dan sangat keras. Bentuk luar kerang mutiara tampak seperti batu karang yang tidak memiliki tanda-tanda kehidupan.

kerang mutiara

Foto: wikimedia.org

Sepasang cangkang pada mutiara memiliki bentuk yang tidak sama, dimana salah satu cangkang agak pipih sedangkan cangkang lainnya lebih cembung. Cangkang kerang mutiara memiliki ketebalan berkisar antara 1-5 mm. Kerang mutiara juga tergolong kedalam ‘filter feeder’ untuk proses makannya, dimana hanya mengandalkan makanan dengan menangkap plankton dari perairan sekitar.

Kerang membentuk mutiara atas respon pembelaan diri dari objek asing. Seperti dilansir pada laman global.liputan6.com, proses pembentukan bermula ketika pasir, parasit, atau material organik lainnya menyusup masuk dari cangkang kerang yang terbuka, dan mengenai bagian mantel, lapisan yang melindungi organ dalam kerang.

Tubuh kerang pun menganggap objek asing sebagai potensi ancaman, dan mantelnya menghasilkan lapisan yang disebut ‘nacre’ (ibu mutiara) yang menyelubungi objek asing tersebut. Zat nacre terdiri dari kalsium karbonat, dalam bentuk mineral aragonite dan calcite. Sedangkan protein conchin dan perlucin, yang membentuk zat conchiolon kurang lebih berfungsi sebagai ‘lem’ yang merekatkan lapisan-lapisan. Jika mineral aragonite memiliki sifat mirip kristal, conchiolin berpori digabungkan dengan lapisan-lapisan yang nyaris transparan, jadilah mutiara yang berkilau.

Mutiara air laut menjadi salah satu kekayaan komoditas Indonesia, seperti kesohoran mutiara air laut khas Lombok, NTB yang sudah terkenal hingga ke luar negeri. Jenis kerang yang banyak dibudidayakan di pulau ini adalah spesies Pinctada maxima atau biasa dikenal sebagai ratu mutiara.

Fase budidaya mulai dari pembenihan sampai bisa dipanen pertama kali membutuhkan waktu hingga empat tahun. Dalam satu kerang mutiara terdapat 1 atau 2 butir mutiara. Setelah panen pertama kerang mutiara air laut baru bisa dipanen dua tahun kemudian, hingga 2-3 kali dipanen. Kondisi perairan laut secara fisik dan kimia juga berpengaruh besar terhadap susunan dan kelimpahan organisme di dalam air, termasuk bagi kehidupan kerang mutiara. Proses panjang inilah yang membuat mutiara air laut memiliki harga yang mahal.

kerang mutiara

Penulis: Sarah R. Megumi

Top