Menyaksikan Malam Tergelap di Bumi di Taman Nasional Canyonlands

Reading time: 2 menit
Sistem pencahayaan yang ada di Taman Nasional Canyonlands didesain ramah terhadap gelapnya malam. Foto: Shutterstock/inhabitat.com

Thomas Alfa Edison mungkin tidak pernah mengira bagaimana bola lampu ciptaannya akan memusnahkan kemampuan generasi di masa depan untuk mengalami malam yang sesungguhnya. Lampu yang ia ciptakan dalam skala yang luas akan menyulitkan kita untuk melihat malam yang gulita, apalagi untuk melihat bintang di langit.

Namun untungnya, ada beberapa tempat di Bumi ini yang masih selamat dari polusi cahaya, salah satunya adalah Canyonlands National Park di Utah, Amerika Serikat. Tempat ini merupakan salah satu tempat terbaik untuk menghindari polusi cahaya. International Dark-Sky Association (IDA) baru-baru ini memberikan penghargaan Gold-Tier International Dark Sky Park kepada taman ini.

Penghargaan tersebut merupakan pengakuan bahwa di taman nasional ini kita bisa mengalami malam yang paling gelap. Pemandangan disini sangat menakjubkan. Dalam siaran persnya, Direktur Eksekutif IDA, J. Scott Feierabend mengatakan, “Kami senang melihat bagaimana taman nasional ini berusaha keras untuk memperluas wilayah proteksinya di dataran Colorado.”

Lebih lanjut, ia menjelaskan, “Taman ini berhasil memberikan pengalaman kegelapan yang otentik, sebuah malam yang benar-benar alami untuk setengah juta pengunjung tiap tahunnya.”

Para pejabat di National Park Service memfokuskan usaha mereka untuk memberikan pengalaman gelap malam yang paling natural untuk para pengunjung. Mereka juga mengganti hampir 100% sistem pencahayaan di taman nasional ini dengan alternatif yang ramah terhadap gelapnya malam.

Hasilnya memang efektif, kita bisa melihat ke arah Galaksi Bimasakti yang membentang di atas taman nasional ini dan pemandangan itu merupakan salah satu dari pemandangan yang sulit dilupakan pengunjung.

Salah satu pemandangan di Taman Nasional Canyonlands. Foto: Tafline Laylin/inhabitat.com

Salah satu pemandangan di Taman Nasional Canyonlands. Foto: Tafline Laylin/inhabitat.com

Hari ini terdapat lebih dari setengah populasi penduduk dunia yang tinggal di perkotaan. Diperkirakan pada tahun 2050 jumlah tersebut mencapai 66%. Banyak tantangan terkait dengan angka-angka ini namun dampak terhadap cahaya yang berlebihan tentu saja memerlukan perhatian lebih.

Manusia memiliki ritme biologis yang diatur berdasarkan perputaran siang dan malam. Namun sejak revolusi industri, polusi cahaya telah mengganggu ritme ini. Tubuh kita memproduksi hormon melatonin yang menjaga tubuh kita tetap sehat. Melalui hormon tersebut tubuh menghasilkan antioksidan, mendorong manusia untuk tidur dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menekan tingkat kolesterol dan membantu fungsi tiroid, pankreas, ovarium, testis dan kelenjar adrenalin. Apabila di malam hari kita terkena paparan cahaya artifisial, maka kadar melatonin tersebut menjadi berkurang.

Paparan terhadap cahaya tersebut juga dirasakan tanaman dan hewan. Hewan pemangsa menggunakan cahaya untuk berburu dan memangsa buruannya dengan berselimutkan kegelapan. Sementara di dekat perkotaan, langit berawan sekarang ribuan kali lebih terang dibandingkan 200 tahun lalu. Kita sedang ada di tahap awal untuk mempelajari bagaimana polusi cahaya tersebut menghasilkan efek yang drastis terhadap lingkungan hidup nokturnal.

Penulis: NW/G15

Top