Palet Kayu dari Limbah Kelapa

Reading time: 2 menit
Palet Kayu dari Limbah Kelapa
CocoPallet memanfaatkan sabut kelapa menjadi palet yang digunakan untuk mengangkut barang. Foto: www.cocopallet.com

Pohon kelapa disebut pohon kehidupan karena banyak memiliki manfaat dari akar hingga daun. Tanaman tersebut berguna sebagai makanan, minuman, bahan bangunan, bahan bakar, dan lain-lain. Perusahan CocoPallet membuat inovasi dengan mendaur ulang limbah kelapa menjadi palet berkelanjutan. Harganya cenderung lebih murah daripada kayu.

Perusahaan start-up asal Belanda tersebut memanfaatkan sabut kelapa menjadi palet yang digunakan untuk mengangkut barang. CocoPallet adalah alternatif 100 persen bebas kayu, berkelanjutan, dapat terurai, yang terbuat dari limbah kelapa.

Baca juga: Pohon Kelapa, Ikon Pulau yang Mulai Terancam

Setiap tahun, sebanyak 1,7 miliar palet kayu digunakan untuk mengirimkan barang dari Asia ke seluruh dunia. Itu berarti 170 juta pohon ditebang untuk membuat palet ekspor sekali pakai hingga berdampak terhadap deforestasi. Sebagian besar pohon-pohon ditebang jauh dari Kanada dan Selandia Baru karena terdapat kekurangan kayu di Asia Tenggara.

Sementara itu, setiap tahun sekitar 7,4 miliar kelapa dipanen di seluruh dunia dan sebagian besar nilai kelapa dapat ditemukan di dalamnya. Sekitar 85 persen dari kulit yang tidak diolah dibakar, dibuang ke laut, atau ditumpuk untuk membuat biohazard raksasa atau zat berbahaya bagi lingkungan.

Palet Kayu dari Limbah Kelapa

CocoPallet adalah alternatif bebas kayu dan dapat terurai, yang terbuat dari limbah kelapa. Foto: www.cocopallet.comCocoPallets didirikan oleh Michiel Vos seorang pengusaha yang berkecimpung di bidang produk ekonomi sirkular dan berbasis biologi. Michiel merupakan sosok di balik proyek ini dan banyak memiliki pengetahuan tentang tumbuhan kelapa. Pengalamannya saat bertugas di Indonesia menjadi permulaan berjalannya CocoPallet. Sebagian besar sampah kulit atau sabuk kelapa di Indonesia berakhir menjadi limbah di perkebunan.

Teknologi palet kayu ini juga telah dikembangkan lebih dari satu dekade di salah satu perguruan tinggi di Universitas Wageningen, Belanda. CocoPallet berupaya mengembangkan teknik dengan tidak hanya menggunakan serat sabut kelapa yang keras, tetapi juga lignin sebagai pengikat.

Baca juga: ReWrap Gunakan Serat Batok Kelapa untuk Tas Kantor

Adanya inovasi ini menjadi jawaban pengganti palet kayu dan mencegah penebangan jutaan pohon. Satu juta CocoPallet sama dengan 120.000 pohon, yang berarti lebih sedikit pengiriman kayu untuk membuat palet. Ruang penyimpanan juga menjadi sedikit karena menghemat sekitar 60 sampai 70 persen ruang saat tidak digunakan.

CocoPallet terbebas dari komponen sintetis dan 100 persen dapat terurai secara hayati. Keunggulan lainnya adalah dapat dengan mudah menangani beban statis 3.000 kilogram dan beban dinamis 1.500 kilogram. Produk ini juga tidak memerlukan perawatan hama yang sifatnya berbahaya dan mahal, contohnya pengasapan Methyl-Bromide.

Penulis: Sarah R. Megumi

Top