Gajah Liar Ditemukan Mati Tanpa Gading di Kawasan HTI

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: www.pixabay.com

Jakarta (Greeners) – Belum selesai dengan kasus kematian Nela, gajah peliharaan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), provinsi Riau, pada tanggal 17 Mei 2015 lalu. Kini, kasus kematian serupa kembali menimpa gajah Sumatera yang ditemukan mati tanpa gading di hutan tanaman industri PT Arara Abadi di Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Saat ditemukan, pada Senin (22/06), kondisi gajah liar tersebut sudah membusuk. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II Riau pun memperkirakan kalau kematian gajah itu sudah lebih dari satu minggu.

Rentetan kasus kematian gajah ini menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran dari banyak pihak. Direktur Komunikasi dan Advokasi World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Nyoman Iswarayoga kepada Greeners mengatakan bahwa setiap kali ada kematian gajah, selalu ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebabnya.

“Penyebab kematian gajah itu bisa karena perburuan gading, diracun karena dianggap hama bagi perkebunan, dan adanya konflik gajah-manusia karena gajah tersebut masuk atau berpotensi untuk masuk ke dalam pemukiman warga,” jelasnya saat dihubungi oleh Greeners, Jakarta, Kamis (25/06).

Tentunya, lanjut Nyoman, beberapa kemungkinan itu akan sangat mengancam upaya konservasi gajah yang sedang marak digalakan. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya mitigasi untuk meminimalisir ancaman tersebut.

Direktur Komunikasi dan Advokasi World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Nyoman Iswara Yoga. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Direktur Komunikasi dan Advokasi World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Nyoman Iswara Yoga. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Terkait kematian Nela, Nyoman mengakui bahwa untuk saat ini masih belum ada hasil lanjutan patologi anatomi dari analisis laboratorium mengenai penyebab kematian salah satu maskot Flying Squad yang pernah mengalungi aktor kawakan Harrison Ford bunga saat datang untuk syuting film dokumenter “Years of Living Dangerously” beberapa waktu lalu.

“Ini belum bisa kita konklusikan karena hasil toksikologinya juga belum ada. WWF masih menunggu hasil analisis lanjutannya,” tambah Nyoman.

Sedangkan untuk kematian gajah liar di Hutan Tanaman Industri (HTI) tanaman akasia milik Sinar Mas Forestry yang ditemukan tanpa gading, Nyoman meminta agar perusahaan pemegang konsesi menerapkan Best Management Practices (BMP) bila memang konsesinya berdampingan dengan habitat gajah.

“Keberadaan areal konsesi HTI di dekat kawasan hutan taman nasional tentu akan menambah risiko ancaman kematian gajah, makanya BMP itu penting,” tutupnya.

Sebagai informasi, kemarin, Senin (22/06), seekor gajah Sumatera ditemukan mati dengan dua gadingnya sudah hilang di hutan tanaman industri PT Arara Abadi di Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Gajah tersebut diperkirakan berumur 14 sampai 16 tahun.

Menurut catatan WWF Indonesia, kematian gajah liar di kecamatan Pinggir sendiri menambah panjang daftar kematian gajah di Riau. Hingga Juni 2015, setidaknya sembilan gajah ditemukan mati. Pada periode 2004 hingga 2014, setidaknya ada 145 ekor gajah mati dengan berbagai penyebab.

Sedangkan Nela, gajah berusia sembilan tahun yang dirawat sejak bayi ditemukan mati pada pagi hari saat pawang hendak memandikannya. Kematian Nela sendiri baru dipublikasikan oleh WWF Indonesia pada Senin (15/06) lalu padahal gajah yang lincah dan selalu aktif ini ditemukan mati pada 17 Mei 2015.

Penulis: Danny Kosasih

Top