Peneliti LIPI Temukan Bahan Baku Obat Antikanker dan Antimalaria

Reading time: 3 menit
Peneliti LIPI, Jamilah. Foto : Humas LIPI
Peneliti LIPI, Jamilah. Foto : Humas LIPI

Jakarta (Greeners) – Kanker merupakan penyebab kematian dan kejangkitan yang terbesar di dunia dibandingkan penyakit lain dan jumlahnya meningkat hingga 70% dalam dua dekade dan sampai saat ini masih belum ada obat antikanker yang benar benar efektif dan tanpa efek samping.

Selain kanker, malaria adalah penyakit infeksi yang mematikan nomor lima. Berdasarkan catatan WHO tahun 2018, sebanyak 3,2 miliar penduduk di dunia berisiko terinfeksi malaria. Dengan ancaman dan risiko tersebut, Peneliti utama Bidang Kimia Organik LIPI yang juga baru dikukuhkan sebagai Profesor Riset yakni Jamilah menemukan Senyawa Aktif Baru dari Calophyllum spp sebagai Bahan Baku Obat Antikanker dan Antimalaria.

Sebelumya, angin segar pengobatan kanker berhembus ketika tiga anak Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Palangka Raya bernama Yazid, Anggina Rafitri dan Aysa Aurelya Maharani berhasil memanfaatkan tanaman Bajakah. Temuan ini pun diakui dengan penghargaan berupa Gold Medals di ajang World Invention Creativity (WICO) pada Juli lalu di Seoul, Korea Selatan atas inovasinya menemukan kayu Bajakah sebagai obat kanker payudara.

BACA JUGA : Tapak Dara, Tanaman Mungil Penumpas Kanker

Jamilah mengatakan sehubungan dengan tingginya angka kematian karena kanker, dan usaha Indonesia untuk tetap mengimpor obat kanker meskipun harganya sangat mahal dan mempunyai efek samping, hal ini mengindikasikan risiko yang besar dan biaya tinggi bagi kehidupan penderita kanker jika terus bergantung pada obat kanker impor.

“Oleh karena itu, sangat perlu dicari dan dikembangkan obat kanker baru dari tumbuhan Indonesia, dengan efek samping yang lebih rendah. Dalam penelitian selama ini kami telah menggunakan tumbuhan Calophyllum spp sebagai sumber bahan baku obat kanker dan malaria,” ujar Jamilah pada konferensi pers Pengukuhan Profesor Riset di Auditorium LIPI, Jakarta, Selasa (20/08/2019).

Jamilah mengungkapkan, tumbuhan Calophyllum spp mempunyai potensi sebagai sumber bahan baku obat kanker dan malaria. Calophyllum mengandung senyawa santon, kumarin, biflavonoid, benzofenon dan neoflavonoid, triterpen, dan steroid yang memiliki aktivitas antiimflamasi, antijamur, antihipoglikemia, antiplatelet, antitumor, antimalaria dan antibakteri serta anti TBC.

Umumkan Temuan Potensi Bahan Baku Obat Anti Kanker pada Pengukuhan Profesor Riset LIPI. Foto : Dewi Purningsih

Umumkan Temuan Potensi Bahan Baku Obat Anti Kanker pada Pengukuhan Profesor Riset LIPI.     Foto : Dewi Purningsih

“Peluang Calophyllum untuk pengembangan obat antikanker dan antimalaria sebagai pengganti obat impor masih terbuka lebar,” kata Jamilah.

Penemuan senyawa aktif bahan baku obat antikanker dan antimalaria ini baru ditahap uji bioaktivitas di mana sebagai bentuk bukti ilmiah khasiat herbal. Tentunya, Jamilah berharap bahwa dengan potensi tumbuhan sebagai sumber daya alam Indonesia ini berpeluang besar bagi industri farmasi untuk melakukan ekstraksi secara skala industri dan bisa dilaksanakan uji klinisnya.

“Untuk uji klinis ini sangat mahal, satu sempel saja mencapai 500 juta. Jadi kita baru tahap bioaktivitas dan berharap jika ada industri farmasi yang bisa melakukan uji klinisnya supaya kita tidak lagi ketergantungan obat impor karena kita bisa mendapatkan dari tumbuhan Indonesia. Harapannya dengan adanya penemuan ini 20-30 tahun mendatang kita tidak lagi bergantung pada obat impor,” ujarnya.

BACA JUGA : Deteksi Dini Kanker, LIPI Perkenalkan Kit Kanker Payudara HER2

Selain itu, untuk penyakit malaria sendiri, Jamilah melakukan kombinasi obat artemisinin-based combination treatment (ACT). Kecenderungan penggunaan obat kombinasi semakin kuat untuk mengatasi resistansi dan mencegah timbulnya resistansi terhadap obat primernya.

Jamilah menjelaskan, kasus malaria sulit dieliminasi dalam 10 tahun terakhir dan semakin mengkhawatirkan karena vaksin malaria belum berhasil ditemukan. Nyamuk anopheles yang merupakan vektor pembawa penyakit, resistan terhadap penyakit insektisida. Oleh karenanya diperlukan kombinasi obat ACT.

Adanya resistansi parasit terhadap obat yang ada menunjukkan perlunya penemuan obat baru, khususnya dari tumbuhan obat Indonesia, misalnya Calophyllum. Potensi obat dari tumbuhan Calophyllum sangat melimpah, hampir di semua pulau-pulau besar di Indonesia ditemukan tumbuhan Calophyllum karena Indonesia merupakan hutan hujan tropis sehingga Calophyllum dapat tumbuh dengan subur.

Penulis: Dewi Purningsih

 

Top