Pekerja Informal Indonesia Beresiko Dehidrasi

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (Perdoki) mengungkapkan bahwa sekitar tujuh puluh persen pekerja informal maupun industri kecil di Indonesia masih banyak yang belum memiliki pengetahuan mengenai fungsi dan kebutuhan air bagi mereka.

Ketua Umum Perdoki, dr. Nusye E. Zamsiar mengatakan, karena kurangnya pengetahuan tersebut mengakibatkan para pekerja di Indonesia menghadapi resiko kekurangan cairan dalam bekerja. Padahal, terangnya, kondisi tubuh yang kekurangan cairan tanpa disadari oleh para pekerja mampu menyebabkan penurunan daya konsentrasi, kemampuan berpikir dan tingkat kewaspadaan.

“Akibat kekurangan cairan itu nantinya akan memberikan pengaruh negatif bagi kualitas kinerja dan produktivitas bahkan keselamatan seorang pekerja,” ungkap Nusye pada talkshow dan peluncuran buku “Pedoman Kebutuhan Cairan bagi Pekerja agar Tetap Sehat dan Produktif” di Jakarta, Rabu (04/03).

Kekurangan cairan pada tubuh (dehidrasi), lanjutnya, tidak hanya berlaku bagi pekerja yang terekspos panas matahari dan polusi kendaraan bermotor. Mereka yang bekerja di ruangan berpendingin juga beresiko mengalami gangguan kesehatan tersebut.

Pada kesempatan yang sama pula, Direktur Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Dr. Anung Sugihantono menuturkan, untuk melakukan penetapan jumlah air minum yang harus dikonsumsi bagi pekerja setiap harinya bukanlah hal yang mudah karena kebutuhan setiap tubuh seseorang itu berbeda.

Oleh karena itu, keberadaan buku pedoman ini akan sangat membantu memberikan pengetahuan bagi para pekerja, penyedia lapangan kerja dan teknisi kesehatan khususnya di daerah yang ketersediaan tenaga medisnya berbeda dengan puskesmas di Jakarta maupun kota besar lainnya.

“Selain itu, produktivitas pekerja juga perlu menjadi perhatian yang serius dan semoga buku pedoman ini bisa diimplementasikan dengan baik oleh semua pihak agar produktivitas kerjanya jadi lebih baik,” tambahnya.

Lebih lanjut, dr. Maya Setyawati, salah seorang perwakilan dari tim penulis buku pedoman tersebut memaparkan bahwa sudah sebaiknya para pekerja untuk mengonsumsi air minum secara teratur dalam jumlah kecil sebelum benar-benar merasa haus agar dapat mempertahankan tingkat dehidrasi yang baik selama bekerja.

Sedangkan untuk takaran air minumnya sendiri, pekerja dengan aktivitas sedang pada iklim kerja yang cukup panas, sebaiknya meminum satu gelas air (150-250 ml) setiap 15 sampai 20 menit. Hal tersebut perlu dilakukan karena lingkungan kerja yang panas atau jenis pekerjaan berat membutuhkan air minum sebanyak 2,8 liter per-hari.

“Pastikan juga untuk memilih air minum yang baik, yaitu air yang dingin dalam suhu 10 sampai 15 derajat Celcius. Dan, usahakan air putih bukan soda maupun yang lainnya karena hanya akan mempermudah pekerja mengalami dehidrasi,” tandas Maya.

(G09)

Top