Ribuan Ikan Mati di Sungai Cileungsi Diduga Keracunan Limbah

Reading time: 2 menit
Temuan ikan mati di Sungai Cileungsi. Foto: KP2C

Jakarta (Greeners) – Ribuan ikan mati di Sungai Cileungsi diduga terimbas pencemaran limbah bahan berbahaya beracun (B3). Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C) menyebut kepekatan pencemaran sungai cukup tinggi terjadi sejak Kamis (6/4) lalu.

“Sungai Cileungsi tercemar berat sejak Kamis hingga Sabtu lalu,” kata Ketua KP2C Puarman kepada Greeners, Senin (10/4).

Ribuan ikan mati berada dari hulu ke hilir aliran sungai sepanjang 30 kilometer. Ia menambahkan, beberapa ikan mati berjenis ikan sapu-sapu, mujaer, hingga ikan patin.

Berdasarkan pantauan tim KP2C di beberapa titik yakni di Jembatan Leuwikaret, Kecamatan Klapanunggal sebelumnya, kondisi air Sungai Cileungsi cenderung normal. Demikian pula di titik lokasi Jembatan Cikuda, Wanaherang, Kabupaten Bogor.

Namun, pada Kamis dini hari mereka menemukan banyak ikan dalam keadaan mati. Temuan ikan-ikan mati ini berada di beberapa lokasi mulai dari Curug Parigi, Cikiwul hingga Bantargebang, Kota Bekasi.

Ia menduga penyebab utama matinya ribuan ikan ini karena limbah B3. “Dugaan sementara penyebabnya terjadinya pencemaran limbah dari daerah Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,” ungkapnya.

Senada dengannya, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat, Meiki W Paendong menyatakan, matinya ribuan ikan dan biota ini mengindikasikan pencemaran sungai.

“Karena kalau sudah tercemar maka air sungai tak dapat menangkap oksigen. Imbasnya ikan dan biota air sungai mati,” imbuhnya.

Foto: KP2C

Pencemaran Bisa Sebabkan Ikan Mati

Selain itu lanjut Meiki, pencemaran ini berimbas pada biota seperti benthos yang merupakan sumber pakan ikan di sungai. Jika benthos mati maka menyebabkan putusnya rantai makanan ikan.

Setidaknya terdapat beberapa parameter mutu kualitas air sungai, di antaranya Biological Oxygen Demand (BOD), kandungan oksigen di dalam perairan, Chemical Oxygen Demand (COD), hingga Total Suspended Solid (TSS). Pencemaran terjadi bila parameter tersebut melebihi baku mutu.

“Parameter TSS yang tinggi misalnya menyebabkan air sungai menjadi keruh. Demikian pula dengan BOD yang menunjukkan kandungan oksigen dalam air,” paparnya.

Ia mendorong agar pihak Dinas Lingkungan Hidup setempat segera melakukan uji laboratorium dan investigasi untuk mengetahui penyebab matinya ribuan ikan ini.

“Terlebih jika memang terbukti pencemaran akibat limbah B3 secara sengaja oleh industri. Pemerintah harus menegakkan hukum, bukan hanya sekadar pembinaan,” tandas Meiki.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top