Harimau Sumatra, Satwa Endemik yang Tersingkirkan

Reading time: 4 menit
harimau sumatra
Harimau Sumatra, Satwa Endemik yang Tersingkirkan. Foto: Shutterstock.

Menurut data World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, saat ini hanya ada sekitar 400 ekor harimau sumatra yang hidup di habitatnya. Jumlah ini terus merosot seiring meningkatnya aktivitas perburuan di alam liar.

Terdapat sembilan jenis harimau (Panthera tigris) yang ada di dunia; enam di antaranya para pakar nyatakan masih hidup, sedang tiga lainnya telah punah. Salah satu sub-spesies yang masih eksis hingga saat ini adalah Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) yang berasal dari Indonesia.

Di tanah air, sebenarnya ada dua jenis harimau lain yang dulu masih bisa kita temukan di dua daerah berbeda, yakni Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dan Harimau Bali (Panthera tigris balica).

Namun, sayangnya kedua sub-spesies tersebut sudah masuk dalam kelompok satwa punah. Hanya kucing besar dari Sumatra yang mampu bertahan hidup dengan jumlah yang sangat terbatas.

Menurut data WWF Indonesia, saat ini hanya ada sekitar 400 ekor harimau sumatra yang hidup di habitatnya. Jumlah ini terus merosot seiring meningkatnya aktivitas perburuan di alam liar.

Habitat dan Persebaran Harimau di Dunia

Mulanya, Panthera tigris hanya hidup di benua Asia yakni mulai dari Turki, India hingga Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu hewan tersebut mulai tersebar sampai ke Amerika dan juga Rusia.

Berbeda dengan singa, harimau dewasa adalah satwa soliter. Tipe lokasi yang biasa menjadi habitat fauna tersebut meliputi daerah-daerah berketinggian 0-3.000 m di atas permukaan laut.

Itu sebabnya, jangan heran jika kucing besar ini dapat kita temukan di hutan hujan tropis, hutan primer dan sekunder (dataran tinggi dan rendah), hutan savana, hutan terbuka, mangrove dan sebagainya.

Mengacu pada kawasan biogeografinya, harimau sumatra bisa saja hidup di Pulau Jawa dan Bali. Sehingga, para ilmuwan menyebutnya juga sebagai Harimau Sunda atau Panthera tigris sondaica.

Ada fakta unik terkait harimau dan habitatnya, jika sudah mendapatkan lokasi nyaman untuk menetap hewan ini biasanya mencakar pohon atau tanah di sekitarnya untuk menandai daerah kekuasaan.

Cakaran ini mereka buat setelah melakukan urinasi. Pada saat urinasi, harimau tersebut menyemprotkan urine untuk menimbulkan bebauan serta meninggalkan bekas kotorannya.

Morfologi dan Ciri-Ciri Harimau Sumatra

Harimau adalah jenis terbesar dari 36 spesies kucing yang ada di dunia, namun harimau sumatra merupakan kucing besar terkecil dari keseluruhan sub-spesises yang tersedia.

Bagaimana tidak, panjang rerata harimau ini hanya 2,4 m untuk pejantan dan 2,2 m untuk betina. Jika diukur dari kaki ke tengah, maka tinggi rerata hewan tersebut berkisar 75-95 cm saja.

Menurut berbagai sumber, fauna yang tergolong sebagai top predator atau predator puncak ini dapat tumbuh hingga seberat 120 kg untuk pejantan dan 90 kg untuk sang betina.

Panthera tigris sumatrae memiliki belang yang paling banyak di antara sub-spesies lainnya. Satwa ini mempunyai warna tubuh lebih gelap, serta garis yang lebih jelas daripada sub-spesies berbeda.

Meski begitu, warna dasar dari spesies harimau sumatra sebenarnya adalah jingga (oranye) dengan garis-garis belang berwarna hitam dan cokelat tua, yang lebih serta lebar lebih jarang.

Tidak main-main lho, menurut para ahli belang yang terdapat pada tubuh hewan tersebut berfungsi sebagai kamuflase. Air liurnya juga berguna sebagai antiseptik untuk mengobati luka.

Penglihatan, pendengaran serta penciuman harimau pun terbilang sangat baik. Selain bermanfaat saat berburu, keistimewaan ini biasanya ia gunakan untuk menghindari musuh saat malam hari.

Ukuran tubuhnya yang kecil memudahkan mereka menjelajahi rimba. Spesies hewan yang satu ini tergolong cukup gesit, bahkan dapat berlari dengan kecepatan prima yakni sekitar 35 mil per jam.

harimau sumatra

Panthera tigris sumatrae memiliki belang yang paling banyak di antara sub-spesies lainnya. Foto: Shutterstock.

Penyebab Kelangkaan Harimau Sumatra

Berdasarkan penelitian Departemen Kehutanan Republik Indonesia (2007), ada beberapa faktor yang menyebabkan populasi harimau sumatra semakin langka di habitatnya, yakni:

1. Deforesasi dan Degradasi

Deforestasi dan degradasi hutan di Pulau Sumatra merupakan salah satu ancaman besar terhadap kelestarian keanekaragaman hayati di pulau ini, terutama bagi mamalia besar seperti harimau.

Hasilnya, harimau yang punya ruang gerak terbatas lantas masuk ke pemukiman warga untuk mencari makan. Warga yang merasa terganggu memburu hewan tersebut karena dianggap membahayakan.

2. Perburuan dan Perdagangan

Bukan karena sekadar warga anggap mengganggu, hewan yang satu ini juga menjadi objek perburuan karena bagian tubuhnya yang berharga tinggi. Sebut saja seperti kulit dan tulang, yang bisa terjual seharga jutaan dolar di pasar internasional.

Malangnya, permintaan akan barang ilegal tersebut juga sangat banyak. Bahkan, masyarakat Tiongkok kuno kerap menggunakan bagian tubuh harimau sebagai bahan obat tradisional.

3. Konflik antara Harimau dan Manusia

Dalam beberapa tahun terakhir ini, konflik antara harimau dan manusia akibat alih fungsi perhutanan para pakar percayai menjadi salah satu ancaman utama bagi kelestarian harimau sumatra.

Melansir kajian TRAFFIC (2002), setidaknya ada 35 ekor harimau yang telah terbunuh selama kurun waktu 1998-2002. Tentu saja, angka ini terus melonjak hingga dewasa kini.

4. Faktor Kemiskinan Masyarakat

Secara mengejutkan faktor kemiskinan dan kurangnya lapangan kerja bagi warga sekitar menjadi salah satu pendorong menipisnya populasi harimau sumatra di habitatnya.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sebagian masyarakat tradisional memanfaatkan daging fauna ini untuk kebutuhan pangan, sebagian lagi memburu hewan tersebut untuk dijual dan mendapatkan uang.

Cara Melestarikan Harimau Sumatra

Langkah pelestarian harimau sumatra sebenarnya sudah berbagai kalangan laksanakan, mulai dari organisasi pemerintah sampai dengan non-pemerintah baik lokal maupun internasional.

Bahkan, pemerintah Indonesia secara khusus telah mencantumkan harimau sebagai satwa dilindungi berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Namun, langkah tersebut nampaknya belum cukup untuk menekan laju penurunan populasi satwa ini. Sehingga, perlu adanya langkah kongkrit untuk mengoptimalkan kebijakan yang sudah ada, seperti:

  • Hentikan perambahan hutan secara masif dalam rangka alih fungsi lahan.
  • Edukasi terhadap masyarakat sekitar terhadap pentingnya pelestarian harimau.
  • Optimalkan pengawasan kawasan lindung untuk menjaga habitat satwa di dalamnya.
  • Berlakukan sanki tergas, tidak pandang bulu terhadap oknum perambah hutan serta perburuan liar sesuai undang-undang yang berlaku di Indonesia.

Menjaga kelestarian harimau sumatra tidak hanya tugas segelintir orang namun seluruh masyarakat. Yuk, aplikasikan cara melestarikan hewan ini demi keseimbangan ekosistem alam di masa depan!

Taksonomi Harimau Sumatra

harimau sumatera

Referensi:

Rut Priskila Nainggolan, Universitas Sumatera Utara

Laporan WWF Indonesia

Laman WWF Indonesia

Laporan Departemen Kehutanan 2007

Oki Hadian Hadadi, dkk., Universitas Gajah Mada

Penulis: Yuhan Al Khairi, Sarah R. Megumi

Top