Kabar Gembira dari Pulau Borneo, Gajah Jawa Ditemukan Kembali

Reading time: 5 menit

“Gajah pygmy lebih menyukai hutan dataran rendah yang sama dengan yang digunakan oleh industri tersebut, sehingga menimbulkan kompetisi perebutan habitat.”

Ancaman Habitat Gajah

Sebagian besar area hutan Kalimatan yang selama ini menjadi habitat Gajah pygmy borneo menghadapi ancaman yang cukup mengkhawatirkan. Penebangan hutan yang terjadi secara cepat, untuk dikonversi menjadi tanaman perkebunan karet, kelapa sawit, dan industri kayu, menjadi penyebab utama hilangnya habitat Gajah borneo.
Padahal, berdasarkan alat pelacak satelit yang digunakan WWF, ditemukan fakta bahwa Gajah pygmy lebih menyukai hutan dataran rendah yang sama dengan yang digunakan oleh industri tersebut, sehingga menimbulkan kompetisi perebutan habitat.

Jika hal itu dibiarkan, maka bukan tidak mungkin apa yang dialami Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) juga bakal menimpah Gajah borneo. Berdasarkan data WWF seperti dilansir buku Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup, diketahui pada periode Januari-Mei 2006 tercatat 16 ekor Gajah sumatera yang mati.

Kematian demi kematian menyebabkan populasi Gajah sumatera di Riau saat ini berkurang drastis. Dari jumlah 1067-1617 ekor pada tahun 1985-2003, hingga hanya tersisa 350 ekor pada tahun 2006.

Berkurangnya gajah sumatera disebabkan oleh berubahnya habitat, serta perburuan. Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) 2006 mencatat selama kurang dari 23 tahun terakhir, hutan di Provinsi Riau berkurang hingga 57% dari 6,4 juta hektar menjadi 2,7 juta hektar.
Konflik antara manusia dan gajah telah terjadi berulang kali dengan insiden yang berakhir tragis. Sejak tahun 2000, enam belas orang tewas akibat konflik dengan gajah, dan 45 ekor gajah mati karena diracun atau ditembak dengan senjata rakitan.

Belajar dari  apa yang dialami gajah sumatera, penemuan gajah borneo perlu mendapat perhatian serius  dan kerjasama yang kuat bagi pemerintah tiga negara Indonesia, Malaysia, dan Brunei dalam menjaga dan melestarikan hutan tropis Borneo yang memiliki luas 220.000 kilomoter persegi, dan membentang melintasi batas tiga negara serumpun itu. Dengan harapan satwa yang memiliki banyak nilai manfaat bagi kehidupan manusia itu, tidak mengalami kepunahan seperti yang dialami pendahulunya di Pulau Jawa.

Top