Ular Pelangi, Reptil dengan Sisik Berkilau Indah

Reading time: 2 menit
Ular Pelangi
Foto: shutterstock.com

Permintaan satwa liar sebagai hewan peliharaan, produk konsumsi, obat-obatan, hingga aksesori cenderung meningkat. Salah satunya reptil jenis ular yang banyak dicari daging, kulit, organ dalam, hingga bisa atau venomnya. Tren ular sebagai hewan kesayangan juga tengah berkembang di masyarakat.

Selain digunakan sebagai hewan peraga di kebun binatang, ular juga dimanfaatkan untuk keperluan penelitian. Hal ini menyebabkan eksploitasi terhadap ular meningkat (Hackbart, 2003). Saat ini beberapa jenis ular dikategorikan ke dalam Apendiks II dalam Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Penggolongan itu menyebut bahwa ular berpotensi terancam punah bila usaha pelestarian tidak segera dilakukan (Samedi et al., 2004).

Baca juga: Kuntul Kerbau, Spesies Penyeimbang Ekosistem Sawah

Salah satu ular yang terancam punah adalah Xenopeltis unicolor atau disebut ular pelangi. Disebut demikian karena warna tubuhnya coklat atau abu-abu dengan sisik yang licin dan berkilau memantulkan warna jika terkena cahaya matahari. Di Jawa Tengah, reptil ini dikenal dengan nama ular bawang sebab mengeluarkan aroma bawang putih jika dipegang.

Menurut kajian ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2012), ular yang dijuluki belut moccasin ini termasuk ke dalam suku Xenopeltidae dan hanya beranggotakan satu marga yaitu Xenopeltis.

Ular Pelangi

Foto: shutterstock.com

Ular pelangi terdiri dua jenis, yakni X. hainanensis yang tersebar di China dan Vietnam dan X. unicolor yang memiliki jangkauan geografi lebih luas mulai dari Cina, India termasuk Kepulauan Andaman dan Nicobar, Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, serta Filipina. Di Indonesia, mereka tersebar di Sumatera dan pulau-pulau di sekitar Kalimantan, Jawa maupun Sulawesi.

Secara morfologi panjang tubuh ular pelangi kurang lebih satu meter dan berbeda dengan jenis lainnya. Ular ini memiliki bentuk dan susunan sisik yang khas pada bagian kepala karena sisik parietalnya dipisahkan oleh sisik oksipital atau interparietal yang besar dan sisik frontal yang berhubungan.

Baca juga: Kerang Pisau, Moluska yang Unggul Beradaptasi

Di alam, ular pelangi hidup di dalam lubang-lubang tanah (fossorial). Mereka juga bertahan di dataran rendah sampai pegunungan. Ular ini tidak berbisa dan tidak berbahaya, tetapi jika dipegang dapat menggetarkan ekor dengan cepat. Mangsanya terdiri dari berbagai jenis vertebrata seperti katak, kadal, mamalia kecil, burung, dan ular jenis lain (De Lang & Vogel, 2005).

Di Jawa Tengah, umumnya ular pelangi ditangkap oleh petani dan dijual ke pengumpul ular untuk dimanfaatkan daging, kulit, dan empedunya. Jenis lain yang juga diperjualbelikan di antaranya ular jali Bandotan macan (Ptyas mucosus), kobra jawa (Naja sputatrix), ular jangan (Ptyas korros), ular sawo kopi (Elaphe flavolineata), dan ular sapi (Elaphe radiata).

Taksonomi Ular Pelangi

Penulis: Sarah R. Megumi

Top