Bubuk Protein, Amankah Jika Dikonsumsi Setiap Hari?

Reading time: 2 menit
Foto: Shutterstock

Bukan rahasia lagi jika tubuh kekurangan protein dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Maka dari itu, mengonsumsi bubuk protein sering kali dijadikan sebagai solusi. Selain mudah untuk disajikan, bahan makanan yang satu ini juga dapat membantu kita untuk memenuhi asupan protein harian secara cepat. Tapi sebenarnya apa sih bubuk protein itu?

Dilansir dari situs Harvard Health Publishing, bubuk minuman protein merupakan bentuk bubuk dari protein yang berasal dari bahan nabati maupun hewani. Bubuk minuman protein nabati biasanya bersumber dari  kedelai, kacang polong, beras, atau kentang, sedangkan protein hewani bersumber dari telur atau susu. Dalam satu sendok makan minuman protein biasanya mengandung 10 hingga 30 gram protein. Terdengar begitu menyehatkan, bukan?

Meskipun nampak menyehatkan, rupanya bubuk protein tidak baik untuk kita konsumsi setiap hari!

“Saya tidak akan merekomendasikan penggunaan bubuk protein kecuali dalam beberapa kasus, dan hanya dengan pengawasan,” ujar Kathy McManus, seorang nutrisionis dari Brigham and Women’s Hospital, dalam situs Harvard Health Publishing.

Bahaya di Balik “Sehatnya” Bubuk Protein

Kathy mengatakan bahwa di balik “sehatnya” bubuk protein terdapat berbagai macam bahan tambahan yang tidak begitu menyehatkan. Minuman protein, terutama yang berperisa coklat dan vanila, biasanya memiliki tambahan gula dan pengental dalam jumlah yang cukup tinggi. Rata-rata terdapat 23 gram gula dalam satu sendok makan minuman protein, dan beberapa produk minuman protein bahkan mengandung lebih dari 1200 kalori per gelasnya! Alih-alih menyehatkan, mengonsumsi minuman ini secara rutin justru dapat menimbulkan obesitas dan diabetes.

Selain tinggi akan kandungan gula dan dapat memicu terjadinya obesitas dan diabetes, mengonsumsi bubuk protein setiap hari juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada sebagian orang. Kathy mengatakan bahwa orang dengan alergi susu dapat mengalami ketidaknyamanan gastrointestinal jika mereka mengonsumsi minuman protein.

“Jika memungkinkan, lebih baik kita mendapatkan asupkan protein dari sumber makanan utuh seperti kacang-kacangan, ikan, unggas, telur, dan daging. Ada banyak cara untuk mendapatkan asupan protein tanpa harus mengonsumsi minuman atau suplemen protein tambahan,” ujar Kathy.

Meski demikian, Kathy memiliki beberapa pengecualian. Ada beberapa orang yang justru Kathy anjurkan untuk mendapatkan asupan protein tambahan dari suplemen atau minuman protein, seperti pasien penderita kanker, penderita luka berat atau luka bakar, dan orang paruh baya.

Jika Sobat Greeners ingin mencoba untuk mengonsumsi minuman berprotein, sebaiknya Sobat Greeners melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan ahli gizi. Selain itu, pastikan juga untuk selalu mengecek informasi kandungan nutrisi dari minuman berprotein tersebut. Usahakan untuk memilih minuman protein yang tidak memiliki kandungan gula tambahan dan pastinya telah lolos uji.

Penulis: Anggi R. Firdhani

Sumber:

Harvard Health Publishing

Top