Mahasiswa IPB Buat Krim Anti Jerawat dari Kulit Kayu Akasia

Reading time: 2 menit
Krim anti jerawat KRATUSIA. Foto: Akasia Skin
Krim anti jerawat KRATUSIA. Foto: Akasia Skin

Mahasiswa Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat krim anti jerawat dari ekstrak kulit kayu akasia. Krim yang bernama KRATUSIA (Krim Anti Jerawat dari Ekstrak Kulit Kayu Akasia) ini memiliki bahan yang lebih ramah lingkungan.

Sobat Greeners, seperti yang kita tahu bahwa jerawat merupakan kondisi penyumbatan pori-pori oleh sejumlah bakteri. Biasanya, kondisi ini sering terjadi pada kalangan remaja, bahkan dewasa.

Lewat inovasinya, empat mahasiswa dari program studi Analisis Kimia dan Akuntansi berhasil membuat krim bahan alami yang menghambat pertumbuhan jerawat. Mereka adalah Salsabila Defriana, Rehan Ashari, Auralatif Dewasta, dan Defi Nur Anisa di bawah bimbingan dosen Tekad Urip Pambudi Sujarnok.

BACA JUGA: Project Silica, Penyimpanan Berbahan Kaca hingga 7 TB

“Jadi, awalnya kami berencana mau membuat obat luar untuk luka bakar, tapi kami enggak bisa cari. Lalu, dosen menyarankan untuk menggunakan akasia ini, beliau sudah penelitian,” ungkap Salsabila kepada Greeners, Jumat (20/10).

Menurut Salsabila, hadirnya produk ini telah menjadi solusi kreatif dan inovatif dalam mengurangi limbah industri kertas kulit kayu akasia. Ekstrak kulit kayu akasia diperoleh menggunakan pelarut non-organik, yaitu air dengan teknik Pressurized Hot Water Extraction.

“Tentunya hal ini aman untuk kulit sensitif,” lanjut Salsabila.

KRATUSIA Terbuat dari Bahan Ramah Lingkungan

Selain itu, keunggulan lainnya dari KRATUSIA adalah berasal dari bahan baku yang ramah lingkungan. Senyawa antibakteri berasal dari alam (kulit kayu akasia), yaitu tannin dan flavonoid.

Kedua kandungan tersebut membuat KRATUSIA memiliki keunikan sendiri dalam pemanfaatan limbah organik untuk mendukung program Green Productivity. Krim KRATUSIA bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan jerawat, khususnya untuk masyarakat yang memiliki masalah kulit acne prone.

Selain mengatasi permasalahan jerawat, produk KRATUSIA juga berpotensi meningkatkan nilai ekonomis dari limbah kulit kayu akasia. Sehingga, limbah industri kulit kayu akasia dapat berkurang.

Lewati Banyak Tahap demi Produk Berkualitas

Salsabila menambahkan, pembuatan krim ini telah melewati beberapa tahap. Mereka terus mencari formulasi kandungan yang terbaik demi menghasilkan produk berkualitas.

“Awalnya kami formulasikan dulu, misalnya membuat perbandingan bahan ekstraknya. Kemudian, kami uji apakah sudah oke atau belum. Setelah ketemu formulasinya, baru kami buat produknya,” imbuh Salsabila.

BACA JUGA: Refresh, Deodoran Isi Ulang yang Bisa Kurangi Sampah Plastik

Tak sekadar itu, dalam membuat krim ini mereka juga butuh riset yang mengacu pada literatur. Lalu, tahapan akhir setelah produksi, mereka pun melanjutkan dengan mengemas krim tersebut.

“Krim ini sudah lewat tahap uji lab tentunya,” ujar Salsabila.

Dijual dengan Harga Terjangkau

Devi, sebagai salah seorang yang menciptakan produk ini menyatakan, pemasaran krim masih mencakup kalangan mahasiswa. Mereka membanderol produk tersebut Rp20.000.

“Kalau di kalangan mahasiswa harga segitu enggak terlalu mahal, dan biasa saja. Apalagi, ini isinya lumayan ada 10 gram. Terus mudah dibawa ke mana-mana. Khasiatnya juga bagus, jerawat bisa cepat hilang,” kata Devi.

Selain itu, mereka berempat juga berharap KRATUSIA ini bisa menjadi sebuah pabrik kosmetik yang berkelanjutan. Sebab, gagasan yang mereka buat telah membantu mengurangi limbah industri.

“Kami bisa mendukung green productivity, bisa mengembangkan limbah jadi broduk kosmetik yang berkelanjutan. Lalu, inginnya tentu marketing lebih kami gencarkan dan BPOM dipercepat,” tutup Salsabila.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top