Hari Raya Nyepi, Saatnya Introspeksi Kesalahan Diri Pada Alam

Reading time: 2 menit
hari raya nyepi
Ilustrasi. Foto: wikimedia.org

Jakarta (Greeners) – Momen Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka 1939 bagi masyarakat secara umum dan umat Hindu pada khususnya, sudah semestinya menjadi momen introspeksi diri untuk merenungkan apa saja yang telah manusia lakukan di bumi ini. Momen Nyepi ini pun diharapkan dapat membuka kesadaran manusia akan pentingnya menjaga alam dunia dan mulai memperbaiki kualitas diri untuk lebih mencintai alam.

Ketua Bidang Lingkungan, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Ir. Dharmasilan mengatakan, pada momen perayaan Hari Raya Nyepi, ritual bermeditasi yang dilakukan umat Hindu akan memusatkan pikiran mereka pada Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan yang Maha Esa. Dengan begitu, maka umat Hindu akan dapat melihat dengan jernih apa-apa saja yang telah dilakukan manusia selama satu tahun ke belakang.

“Selain memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, penganut agama Hindu pada Hari Raya Nyepi juga melakukan introspeksi diri untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang,” ujarnya kepada Greeners, Jakarta, Selasa (28/03).

Dalam kaitannya kepada cinta terhadap alam, Dharmasilan menjelaskan bahwa Tuhan menciptakan alam sebagai sumber kehidupan umat manusia. Tanpa alam tidak ada kehidupan. Jadi merusak alam sama dengan merusak kehidupan itu sendiri.

Didalam ajaran Hindu, ada konsep yang sangat mendasar yaitu Tri Hita Karana yaitu Tiga Keharmonisan Hubungan. Pertama, keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan. Kedua, keharmonisan hubungan manusia dengan sesama manusia. Ketiga, keharmonisan hubungan manusia dengan alam.

Bagi umat Hindu, ketiga hubungan tersebut merupakan kewajiban untuk dilaksanakan selain kewajiban-kewajiban lainnya. Dharmasilan berharap, melalui momen Hari Raya Nyepi, masyarakat bisa memanfaatkannyasebagai ajang intropseksi diri untuk menyadari kesalahan-kesalahan manusia pada alam.

“Contoh paling dekat yang harus diintropseksi adalah mengenai kegiatan reklamasi dan pembangunan pabrik semen di manapun bahkan pembangunan apa saja di bumi ini. Pembangunan itu harus dilihat berapa besar keuntungan yang diperoleh masyakat dibandingkan kerugian dan kerusakan yang bisa ditimbulkan. Harus dikaji betul dan tidak sekadar mengincar keuntungan ekonomi saja,” katanya.

Penulis: Danny Kosasih

Top