Menghangatnya Lahan Berdampak Buruk bagi Atmosfer

Reading time: 3 menit
menghangatnya lahan
Ilustrasi. Foto: pixabay.com

LONDON, 18 Oktober 2017 – Ketika lahan di dunia semakin menghangat, mereka akan berpotensi untuk melepaskan sejumlah karbon yang berbahaya ke atmosfer. Kenaikan suhu dapat berarti peningkatan kadar karbon dioksida yang diserap oleh mikroba.

Eksperimen tanah tertua dan terlama di dunia ternyata tidak menawarkan jalan keluar yang mudah bagi hutan untuk terus menyerap karbon atmosferik yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, pembangkit listrik dan cerobong pabrik yang merupakan pembakaran bahan bakar fosil, meningkatkan kadar gas rumah kaca dan menaikkan termometer planet pada angka yang lebih tinggi. Kesimpulan yang didasarkan kepada beberapa ujicoba tersebut dipublikasikan pada jurnal Science.

Budget karbon

Sejak tahun 1991, para peneliti telah mengukur lalu lintas karbon tanah di Harvard Forest, Massachusetts, AS. Hutan yang diteliti merupakan beberapa plot dengan ukuran enam meter persegi. Beberapa dibiarkan tumbuh dengan liar. Beberapa memiliki kabel listrik yang ditanamkan ke dalam tanah untuk memberikan panas sekitar 5°C yang kemungkinan terjadi pada abad ini. Beberapa memiliki tanah yang terganggu namun tidak dihangatkan. Para peneliti mencoba setiap kombinasi dan dibandingkan dengan kehilangan karbon tanah pada waktu tertentu.

Mereka mengukur fase kehilangan karbon yang substansial dari lahan yang dihangatkan, bergantian dengan fase kehilangan yang tidak terdeteksi. Mereka mengukur kehilangan karbon lahan ke atmosfer, dan stasis, namun tidak pernah ada bukti yang diamati bahwa lahan yang dihangatkan akan dapat menyimpan karbon dengan lebih efisien. Hasilnya, lahan yang dihangatkan kehilangan 17 persen karbon yang disimpan oleh tanah pada kedalamanan 60 cm ketimbang tanah yang tidak dihangatkan.

“Kami tahu bahwa respirasi lahan mikroba merupakan hal yang besar dan alami, sumber gas rumah kaca ke atmosfer. Menggunakan penelitian pemanasan secara jangka panjang sebagai jendela melihat perubahan iklim di masa depan, kita melihat bahwa pemanasan memiliki dampak yang luar biasa namun terputus pada emisi gas rumah kaca,” jelas Kristen DeAngelis, asistan profesor mikrobiologi dari Universitas Massachusetts, di Amherst, salah satu penulisnya.

Budget karbon, — aliran karbon masuk dan keluar dari atmosfer –, merupakan inti dari semua prediksi perubahan iklim. Perbandingan yang tinggi dari gas rumah kaca di atmosfer akan meningkatkan suhu planet, berpotensi pada level yang berbahaya. Apabila manusia meninggalkan bahan bakar fosil dan beralih kepada panas matahari dan angin pada kecepatan yang cukup maka mereka harus bergantung kepada alam. Hutan akan menyerap lebih banyak karbon, lahan basah akan terus-menerus menyimpan bagian tanaman menjadi lahan gambut, dan selanjutnya.

Namun, sudah ada bukti bahwa pemanasan lahan akan menjadi tidak begitu efektif dalam menyimpan karbon dioksida. Selanjutnya proses untuk memahami ekonomi bawah tanah dengan lebih baik dan mengidentifikasikanagen-agen yang dapat mengontrol lalu lintas karbon pada lapisan tanah atas.

Studi terbaru memperlihatkan beberapa prediksi yang bisa diandalkan terkait dengan dampak pemanasan, setidaknya pada lahan di hutan kayu keras dengan temperatur sedang. Sudah ada bukti bahwa hutan tropis, di atas tanah, mungkin melepaskan lebih banyak karbon dari yang disimpan akibat adanya perubahan tata lahan untuk peternakan dan pertanian. Sekarang lebih jelas bahwa karbon yang disimpan di lahan hutan akan kembali ke atmosfer.

Lahan-lahan dunia

“Untuk melihatnya dalam konteks, setiap tahun, kebanyakan berasal dari pemanasan bahan bakar fosil, kita telah melepaskan sebanyak 10 miliar tons karbon ke atmosfer. Hal tersebut menyebabkan kenaikan pada konsentrasi karbon dioksida atmosferik dan pemanasan global, ” jelas Jerry Melillo, direktur emeritus Ecosystems Centre of the Marine Biological Laboratory, di Woods Hole, Massachusetts, yang memimpin studi tersebut.

“Lahan-lahan di dunia mengandung sekitar 3.500 miliar metrik ton karbon. Jika sejumlah signifikan karbon lahan ditambahkan ke atmosfer akibat adanya aktivitas mikroba pada lahan yang lebih hangat, akan mempercepat proses pemanasan global. Dan saat hal ini dimulai, akan sulit untuk ditangani. Tidak ada tombol berhenti.”

Manusia mampu untuk menurunkan emisi dengan menutup pembangkit listrik tenaga batubara, kata Profesor Melillo.

“Namun, apabila mikroba di seluruh lanskap bereaksi pada pemanasan dengan cara yang sama dengan yang kita amati di lahan hutan, maka fenomena timbal balik ini akan berlangsung untuk beberapa waktu dan kita tidak akan mampu menghentikan mikroba tersebut. Hal yang menjadi perhatian lebih adalah besarnya karbon yang mudah terdekomposisi yang terdapat di Artik. Apabila lahan tersebut mencair, maka fenomena timbal balik tersebut menjadi komponen yang penting pada sistem iklim, dengan perubahan iklim berkembang pada dunia yang kian menghangat.” – Climate News Network

Top