Penanganan Masalah Sampah di Laut Perlu Keterlibatan Pemuda

Reading time: 3 menit
sampah di laut
Ilustrasi. Foto: IYMDS 2017

Jakarta (Greeners) – Permasalahan penanganan dan pengelolaan sampah telah menjadi isu bersama dan tidak bisa diserahkan pada satu institusi saja. Keterlibatan generasi muda pada isu pengelolaan sampah pun dianggap sangat penting guna menyukseskan program pengelolaan sampah di Indonesia. Bagi founder Divers Clean Action (DCA), Swietenia Puspa Lestari, kolaborasi semua pihak termasuk keterlibatan generasi muda adalah hal yang penting karena generasi muda mampu mengaktualisasikan mental bersih untuk tidak lagi membuang sampah ke laut.

Pemuda sebagai agent of change, baik dalam keluarga maupun di masyarakat, serta kemampuan mereka menyebarkan informasi secara viral pula melalui media sosial, diakui Tenia menjadi pilar yang sangat penting dalam menyebarkan pemahaman dan menjadi contoh baik untuk tidak membuang sampah sembarangan yang pada akhirnya sampah tersebut akan berakhir di lautan.

Penyebaran informasi dan perubahan ini penting untuk memberikan contoh nyata terkait solusi agar tidak membuang sampah ke laut dan memanfaatkan sampah menjadi berkah dengan caranya masing-masing. Cara ini diharapkan menjadi solusi yang dapat diduplikasi di pulau-pulau kecil, dimana sistem kebersihan atau persampahan yang baik masih jarang ditemukan.

“Peran generasi muda ini penting untuk bisa menyebarluaskan isu pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir di seluruh kepulauan negeri sebelum seluruh pulau-pulau kecil dan lautan di Indonesia penuh dengan sampah,” tutur perempuan yang juga Ketua Steering Committee Indonesian Youth Marine Debris Summits (IYMDS) kepada Greeners, Jakarta, Jumat (06/10).

BACA JUGA: Penyelesaian Sampah di Laut Diharapkan Fokus pada Pencegahan

Terkait fenomena gerakan terkait masalah sampah laut yang seringkali timbul tenggelam, Tenia, begitu ia akrab disapa, menganggap bahwa hal tersebut bukan hal yang perlu dikhawatirkan mengingat permasalahan sampah di Indonesia baik di darat, di pantai maupun lautan di Indonesia masih sangat sulit untuk diatasi. Ia justru menganggap baik apabila semakin banyak generasi yang melakukan gerakan bagi lingkungan.

“Semua yang kita gunakan itu bisa berakhir di lautan. Makanya kita sudah mulai harus belajar untuk tanggung jawab dengan sampah kita masing-masing di manapun kita berada dan mengurangi produksi sampah itu sendiri,” tambahnya.

Menurut Tenia, setiap gerakan yang mencapai grassroot community di seluruh area di Indonesia seharusnya bisa saja mempublikasikan data hasil bersih-bersih sampah yang dilakukan. Sampah yang dikumpulkan tersebut bisa dikuantifikasikan secara ilmiah dengan menimbang sampah sesuai jenis dan brand mengikuti standar tertentu. Dari data-data ini, jika dilakukan secara konstan dapat membawa perubahan yang signifikan untuk terus mendorong solusi atas sampah yang sering ditemukan di pantai dan pulau kecil dari sumbernya langsung (perusahaan/masyarakat setempat).

“Jadi yang tidak kalah penting adalah aksi setelah bersih-bersih itu sendiri dengan memanfaatkan isu-isu atau data-data. Contohnya, karena di pantai banyak ditemukan sampah sedotan sekali pakai, maka di buat peraturan tidak ada sedotan di pantai atau pulau tersebut secara lokal sedangkan secara nasional bisa saja membuat gerakan-gerakan tanpa sedotan sekali pakai dan menawarkan solusi inovatif sebagai pengganti permasalahan tersebut,” ujar Tenia.

BACA JUGA: LIPI: Tidak Mudah Meneliti Sumber Sampah di Laut

Untuk memastikan keberlanjutan gerakan-gerakan tersebut, ia menyarankan perlu ditekankan pentingnya aspek ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di mana pemuda sebagai inisiator aksi mendapatkan manfaat dari turut membantu mencegah sampah masuk ke laut. Manfaat ini dapat datang dari menjadikan sampah yang sudah ada menjadi nilai ekonomi, membuat solusi bisnis inovatif yang juga mencegah sampah masuk ke lautan, dan memastikan circular economy dan zero waste tetap dilakukan di wilayah-wilayah binaan gerakan tersebut.

“Dari sini pastinya gerakan tersebut akan mampu mendapatkan keuntungan secara langsung dan bisa bersifat mandiri dan berkelanjutan. Diharapkan IYMDS dapat membuat pemuda di Indonesia dapat menduplikasi solusi-solusi ini juga agar solusi untuk masalah ini tidak berhenti dengan aksi bersih-bersih sekali saja,” katanya.

Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan VI periode 1993-1998, mengatakan, saat ini permasalahan penanganan dan pengelolaan sampah telah menjadi isu bersama dan tidak bisa diserahkan pada satu lembaga saja. Menurutnya, keterlibatan generasi muda jauh terlihat lebih serius pada saat-saat ini. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya keterlibatan generasi muda dalam mengatasi permasalahan sampah di laut.

“Tentu Indonesian Youth Marine Debris Summit perlu disambut baik karena bisa menjadi pembuka jalan bagi Indonesia meraih posisi di depan dalam mengatasi sampah laut. Saya yakin gerakan ini akan hidup terus karena sudah jadi bagian dari budaya generasi muda,” pungkasnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top