BMKG: Angin Siklon Tropis Kenanga Tingkatkan Kecepatan Angin

Reading time: 2 menit
angin siklon
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan kejadian hujan angin yang akhir-akhir ini terjadi disebabkan oleh pola siklonik yang membentuk angin siklon atau siklon tropis. Hasil analisis menunjukkan kecepatan angin maksimum di dekat pusat siklon mencapai 40 knot atau sekitar 75 km/jam.

Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R. Prabowo mengatakan asal mula siklon terdeteksi berkembang sejak tanggal 12 Desember 2018 di wilayah Samudra Hindia dan akhirnya telah menjadi siklon tropis pada Sabtu 15 Desember 2018 pada jarak sekitar 1.400 km dari Bengkulu sebelah barat daya pulau Sumatera. Siklon tropis, yang diberi nama siklon tropis “KENANGA”, ini terbentuk di wilayah yang masih menjadi tanggung jawab Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta.

“Berdasarkan pantauan terkini, siklon tropis ini akan cenderung bergerak ke arah barat daya menjauhi wilayah Indonesia dan diprakirakan berada sekitar 2.754 km dari wilayah Indonesia dalam 72 jam ke depan. Siklon ini akan memberikan dampak tidak langsung berupa peningkatan kecepatan angin di sebagian wilayah pesisir barat pulau Sumatera dan peningkatan ketinggian gelombang 2,5 – 4,0 meter di perairan Kepulauan Mentawai hingga Selat Sunda,” ujar Mulyono seperti disiarkan dalam keterangan pers yang diterima oleh Greeners, Senin (17/12/2018).

BACA JUGA: BMKG: Waspadai Curah Hujan Ekstrem 

Mulyono mengatakan, peningkatan kecepatan angin cenderung disebabkan oleh aliran massa udara dari selatan Indonesia bagian Tengah. Peningkatan kecepatan angin juga diprakirakan dapat terjadi di pulau Jawa bagian Selatan meliputi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.

Dominasi massa udara dari selatan cenderung mengurangi curah hujan di sebagian wilayah pulau Sumatera dan Jawa dan meningkatkan intensitas hujan di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.

“Sirkulasi massa udara sendiri dikendalikan oleh Angin Barat yang mendominasi wilayah Indonesia. Sedangkan, daerah lainnya didominasi Angin Timur mulai dari Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,” lanjutnya.

Pola siklonik terbentuk di perairan Sumatera bagian Barat dan perairan bagian barat Kalimantan Barat. Wilayah pertemuan massa udara terdapat di perairan Kalimantan bagian selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan bagian utara Papua yang berpotensi untuk pembentukan awan-awan hujan.

BACA JUGA: BMKG Akan Merilis Informasi Peringatan Dini DBD Berbasis Iklim Awal Tahun 2019 

Diprakirakan aliran udara dingin dari Asia akan kembali masuk wilayah Indonesia dan membentuk area konvergensi serta kembali memicu peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat. Wilayah yang berpotensi hujan lebat pada periode ini antara lain Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Kep. Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah.

BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang terutama untuk wilayah-wilayah yang mendapat hujan berintensitas tinggi dalam beberapa hari. Selain itu masyarakat yang beraktifitas di perairan khususnya selatan Pulau Sumatera juga agar mewaspadai potensi gelombang tinggi dan angin kencang.

Kepala Bidang Analisis Perubahan Iklim BMKG Kadarsah mengatakan menurut penelitian terakhir perubahan iklim juga menyebabkan meningkatnya intensitas kejadian angin siklon. Meskipun Indonesia bukan penyumbang terbesar pemanasan global, tetapi indonesia turut mempengaruhi iklim global sehingga terjadi anomali cuaca yang akhirnya menyebabkan terjadinya peristiwa angin siklon.

“Pemanasan global berperan dalam bencana siklon. Ciri khusus angin siklon biasanya disertai curah hujan deras, angin kencang, dan kecepatannya sangat dinamis (berputar putar, berubah-ubah arahnya),” kata Kadarsah.

Penulis: Dewi Purningsih

Top