3.270 Kampung Iklim Ikut Kurangi Emisi GRK dari Pengelolaan Sampah

Reading time: 3 menit
Kampung iklim akan terlibat dalam pengurangan emisi GRK lewat pengelolaan sampahnya. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Indonesia berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dalam Nationally Determined Contribution (NDC). Di tahun 2030, Indonesia menargetkan mengurangi emisi sebesar 29 % atau setara dengan 800 juta ton CO2 e. Guna mewujudkan komitmen tersebut, pelibatan dan partisipasi aktif masyarakat melalui Program Kampung Iklim (Proklim) terus didorong.

Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Emma Rachmawaty mengatakan, kampung iklim terbangun atas kesadaran dan inisiatif masyarakat. Kesadaran itu untuk membangun ketahanan iklim dalam negeri. 

“Sehingga peranan pemerintah, kementerian/lembaga dan dunia sangat penting untuk terus memperkuat kelembagaan mereka,” katanya dalam Webinar Pengembangan Proklim dalam Konteks Perhutanan Sosial melalui Upaya Kelola Sampah yang Komprehensif, baru-baru ini.

Sejak pemerintah luncurkan pada 2011 lalu, Proklim telah memiliki payung hukum pelaksanaan berupa Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Program Kampung Iklim. Kemudian Permen LHK Nomor 84 Tahun 2016 dan Permen LHK nomor 4 Tahun 2021.

Saat ini, terdapat 3.270 kampung iklim yang telah teregister dari 33 provinsi di Indonesia. KLHK telah menargetkan pembangunan sebanyak 20.000 kampung iklim pada tahun 2024 nanti.

Emma menyebut, fokus Proklim menyasar mitigasi pengelolaan limbah, energi, pertanian dan kehutanan. Empat sektor tersebut turut menyumbang emisi GRK. Sektor yang paling besar menyumpang emisi GRK yaitu sektor kehutanan, yakni 17,2 %. Lalu energi sebesar 11 %. Sementara limbah (termasuk di dalamnya sampah) berkontribusi sebesar 0,3 % atau setara dengan 11,3 juta ton CO2e.

Kendati demikian, pengelolaan limbah yang tepat juga sangat penting guna memastikan penurunan emisi GRK. Dari sebanyak 11,3 juta ton CO2e yang dihasilkan, 8 jutanya berasal dari sampah. “Itulah kenapa kita genjot pengelolaan sampah pada masyarakat tapak, khususnya di kampung iklim,” imbuhnya.

Kampung Iklim Lakukan Pemilahan dan Daur Ulang Sampah

Beberapa kegiatan dalam pengelolaan sampah di kampung iklim mulai dari pemilahan sampah, pengomposan, hingga daur ulang sampah dan pemanfaatan sampah anorganik. Pemanfaatan energi baru terbarukan yang bersifat sederhana juga bisa mereka lakukan melalui biogas, solar sel, mikrohidro. Hingga pemanfaatan kulkas alam penghemat energi listrik. Dalam sektor pertanian, masyarakat bisa mulai meniadakan kegiatan membakar jerami hingga pemanfaatan pupuk kompos.

Kendati secara sederhana, Emma memastikan penghitungan penurunan emisi GRK sesuai standar ilmiah. Yakni mengacu pada pedoman inventarisasi GRK yang panel antarpemerintah tentang perubahan iklim (IPCC) keluarkan.

Cara penghitungannya misalnya ketika melakukan penanaman atau reboisasi, akan terinventarisasi berapa besar kemampuan tanaman menyerap karbon. Jika alih fungsi lahan dan penebangan terus terjadi maka emisi yang ada pun semakin tinggi.

Begitu pula di sektor sampah, saat ada pembakaran sampah berapa emisi yang keluar jika dibandingkan dengan sampah masyarakat jadikan menjadi kompos.

Berdasarkan peta sebaran penurunan emisi GRK proklim tahun 2015-2021 Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim wilayah-wilayah di Indonesia telah menunjukkan penurunan emisi. Misalnya, 36 titik lokasi kampung iklim di Kalimantan Timur telah menurunkan 66.565.17 ton CO2e. Lalu 130 titik lokasi kampung iklim di Jawa Timur telah menurunkan 259.096.01 ton CO2e.

Selanjutnya 50 titik kampung iklim di Jambi telah menurunkan sebanyak 24.375.5 ton CO2e. Ada pula 56 titik lokasi kampung iklim di Aceh telah menurunkan sebanyak 74.399.19 ton CO2e.

Pemilahan dan daur ulang sampah akan kampung iklim genjot untuk mempercepat target pengurangan emisi karbon di Indonesia. Foto: Shutterstock

Gaya Hidup Minim Sampah

Sementara itu Direktur Penanganan Sampah KLHK Novrizal Tahar menyatakan, kampung iklim selain memastikan gaya hidup minim sampah juga dapat membangun bank sampah.

Ia menegaskan, keberadaan bank sampah sangat penting untuk memastikan sampah terpilah bisa masyarakat bawa ke mitra daur ulang untuk kemudian menghasilkan produk daur ulang. “Minimal satu kampung iklim ada satu bank sampah ini sudah sangat cukup,” kata Novrizal.

Selanjutnya, mereka bisa melakukan pemanfaatan sampah organik berbasis biokonversi black soldier fly (maggot). Hal ini bertujuan untuk menghasilkan sistem agro pangan dan solusi sampah organik. Maggot mengandung protein tinggi untuk menjadi pakan ternak unggas dan ikan . Selain itu, pupuknya dapat masyarakat manfaatkan untuk kebun dan pertanian.

“Kampung iklim umumnya di desa-desa dan sangat memungkinkan untuk pemanfaatan maggot ini. Kalau bisa punya maggot, satu ton saja sampah per hari bisa diolah itu bisa menurunkan 400 ton CO2e per tahun. Kalau ada 20.000 atau 1-2 ton setahun bisa 15-16 juta ton CO2 e yang diturunkan,” pungkasnya.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top