Sustainable Spices Initiative Indonesia, Wujudkan Sektor Rempah Berkelanjutan

Reading time: 3 menit
Sustainable Spices Initiative Indonesia
Webinar Peluncuran Sustainable Spices Initiative Indonesia. Foto : Sustainable Spices Initiative Indonesia

Jakarta (Greeners) – Indonesia kini memiliki sebuah wadah strategis sektor rempah-rempah berkelanjutan yang berorientasi tidak hanya untuk kepentingan ekonomi saja, tetapi juga memberikan dampak pada sosial dan lingkungan yaitu Sustainable Spices Initiative Indonesia (SSI-I).

Resmi diluncurkan pada Kamis (29/04/2021), SSI-I berperan aktif sebagai wadah pemangku kepentingan di bidang rempah-rempah untuk menyalurkan beragam inisiatif baik dari perusahaan, organisasi masyarakat, institusi akademik dan riset, serta organisasi petani.

Platform nasional sektor rempah di beberapa negara telah berhasil membuktikan kemitraan yang kuat untuk menyelaraskan penyelesaian berbagai masalah sektor rempah. Selain itu, sudah saatnya pelaku sektor rempah menjadikan ‘kelestarian lingkungan’ sebagai strategi jangka panjang.

Alfons Van Gulick, Ketua Sustainable Spices Initiative Global mengatakan pembentukan wadah ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan produk yang cukup di masa mendatang dan penekanan kepada hubungan satu sama lain sebagai masyarakat global.

“Kita harus menyelesaikan permasalahan bersama terkait rendahnya pendapatan petani, dampak perubahan iklim, minimnya inovasi praktik bertani, diantara permasalahan isu keberlanjutan lainnya di sektor rempah-rempah. Dengan kata lain, bisnis di sektor rempah akan berhasil jika dilakukan secara inklusif dan bertanggung jawab,” tuturnya pada webinar “Peluncuran Sustainable Spices Initiative Indonesia (SSI – Indonesia) sebagai Platform Masa Depan untuk Rempah Berkelanjutan di Indonesia”.

Pemerintah Siap Wujudkan Pemanfaatan Rempah Berkelanjutan

Komitmen pemerintah untuk mewujudkan rempah-rempah berkelanjutan di Indonesia diwujudkan secara nyata dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Pertanian RI dengan SSI Indonesia tentang ‘Pengembangan Komoditas Rempah dan Tanaman Obat Secara Berkelanjutan dalam Mendukung Ekspor’ yang telah dilakukan pada 23 Maret 2021 lalu.

Ir Dedi Junaedi, M.Sc., Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kementerian Pertanian mengungkapkan data BPS yang menunjukkan di tengah pandemi komoditas rempah dari sektor pertumbuhan secara tahun ke tahun antara 2019 dan 2020 mengalami peningkatan. Seperti lada yang pada tahun 2020 meningkat 12,8 persen, pala 14,4 persen, cengkeh meningkat ekspornya 58,3 persen, kayu manis 0,71 persen.

“Saya berharap implementasi kerjasama yang mengacu pada nota kesepahaman ini dapat meningkatkan nilai tambah, daya saing serta akses pasar, meningkatan volume serta nilai ekspor komoditas rempah dan tanaman obat di Indonesia di pasar internasional,” jelas Dedi.

Dedi pun menambahkan bahwa rempah Indonesia sampai kapanpun akan terus dibutuhkan oleh dunia dan tentu ini menjadi nilai tambah. Namun, di samping itu ada tantangan mengenai produktivitas rempah karena sebagian besar banyak daya saing dan akses pasar untuk rempah kita kurang.

Oleh karenanya, melalui Sustainable Spices Initiative Indonesia diharapkan bisa membuka peluang akses pasar rempah Indonesia ke kancah dunia.

Lima Langkah Strategis Sustainable Spices Initiative Indonesia

Ketua SSI-Indonesia, Dippos Naloanro Simanjuntak menyebutkan bahwa ke depannya peluang pasar internasional untuk rempah yang berkelanjutan sangat terbuka untuk Indonesia.

“Selain tujuan ekonomi, SSI Indonesia ingin agar sektor rempah dapat memberikan dampak keberlanjutan bagi kehidupan sosial dan lingkungan. Ini sangat sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang menjadi agenda PBB.”

Lebih lanjut Dippos menjelaskan akan terdapat lima area fokus kerja sama yang akan dilakukan SSI Indonesia dengan Kementerian Pertanian RI untuk sektor rempah berkelanjutan.

Pertama, meningkatkan akses pasar global terhadap rempah-rempah yang berkelanjutan. Kedua, mempromosikan praktik berkelanjutan dan mata pencaharian petani yang lebih baik. Ketiga, mendorong generasi muda sebagai petani. Keempat, meningkatkan nilai tambah rempah dan produk turunannya. Terakhir, meningkatkan infrastruktur kualitas ekspor.

Untuk mencapai misinya, SSI Indonesia telah membuat peta jalan yang akan dilakukan selama lima tahun ke depan, mulai 2020 hingga 2025. Pada tahun 2025, SSI Indonesia menargetkan kenaikan pendapatan petani minimal 10 persen, meningkatkan praktik good agricultural practices, melakukan model bisnis yang berkelanjutan, memperkuat kebijakan untuk rempah berkelanjutan dan meningkatkan ekspor rempah Indonesia sebanyak tiga kali.

Dalam rangka mencapai peta jalannya, SSI Indonesia membentuk tiga kelompok kerja (working group), sebagai salah satu upaya untuk mengajak partisipasi aktif anggota-anggota SSI Indonesia. Ketiga working group tersebut adalah working group pertama yang fokus pada dampak sosial, working group kedua yang fokus pada pertanian berkelanjutan dan ketahanan pangan dan working group yang ketiga fokus pada akses pasar.

Penulis: Dewi Purningsih

Top