Mahasiswa UGM Ciptakan Alat Pendeteksi Penebangan Liar

Reading time: 2 menit
Foto : M. Sofiyulloh

Hutan Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia, dan Indonesia saat ini berada di urutan ketiga dari tujuh negara yang diberi predikat Megadiversity Country.

Predikat yang apabila tidak dikelola dengan baik, bisa menjadi pisau bermata dua yang berpotensi membawa bencana. Seperti tingginya permintaan pasar akan hasil hutan yang berdampak pada perambahan dan kebakaran hutan, illegal logging serta perdagangan satwa liar ilegal.

Prihatin akan kondisi tersebut, sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), yang dipimpin oleh Moch. Sofiyulloh (Kehutanan 2017) menciptakan sebuah alat yang diberi nama ‘ILUTOR’ (Illegal Logging Detector).

ILUTOR adalah alat pendeteksi bertenaga surya untuk memantau aktivitas penebangan liar yang terjadi di kawasan hutan secara real time. Alat ini akan menangkap suara dari aktivitas disekitarnya, untuk kemudian mengirimkan informasi tersebut kepada server pusat.

“Kondisi hutan Indonesia banyak terjadi illegal logging, di Jogja tepatnya di hutan Wanagama, pohon Cendana sering hilang, setelah kami melakukan survey ke lokasi,” ujar Sofiyulloh kepada Greeners melalui hubungan telepon minggu lalu (24/6).

Dalam proses pembuatan ILUTOR, Moch.Sofiyulloh dibantu rekan satu tim yang terdiri dari Ari Febrian (Elektorika Intstrumentasi, 2016) dan Ahmad Zaini Pratama (Teknologi Informasi, 2016).

Moch.Sofiyulloh (tengah) bersama kedua rekannya Ari Febrian (kanan) dan Ahmad Zaini Pratama (kiri)/Foto : M. Sofiyulloh

“Bahan baku yang kami gunakan sederhana, kami menggunakan beberapa komponen seperti ‘Arduino UNO’ dan kami menggunakan batere Hybrid dan power bank untuk menyimpan daya dari solar panelnya,” tambah Sofiyulloh.

Alasan menggunakan solar panel karena di dalam hutan posisinya sulit mendapatkan akses listrik.

Untuk menyiasati lamanya solar panel ini charging, tim yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2019 ini memilih menggunakan batere Hybrid dan power bank untuk menyimpan daya agar dapat bertahan selama ± 2 minggu.

ILUTOR dilengkapi dengan Micro Controller ESP32 dan Microphone MAX9814 sebagai pendeteksi suara di sekitar area tempat alat ini dipasang dan pengolah sinyal yang masuk untuk dikomputasi agar sinyal tertentu saja yg dapat direkam.

“Saat terjadi penebangan liar, alat ini akan mengirim sms ke nomor server pusat penjaga hutan berisi informasi nama alat, nilai kebisingan, dan lokasi koordinat lintang pada area yang diduga ada suara gergaji mesin, yang merupakan salah satu indikator penebangan liar, secara real time saat itu juga,” jelas Sofiyulloh.

Alat ini telah terintegrasi dengan aplikasi Google Maps, sehingga keberadaannya dapat ditemukan dengan mudah. Selain itu, semua catatan riwayat notifikasi suara penebangan liar akan disimpan dalam bentuk sms dan dapat diakses jika diperlukan.

Sejauh ini, Sofiyulloh dan tim-nya belum menguji ILUTOR secara utuh di lapangan karena aplikasi ini masih dalam proses pengembangan dan belum 100% jadi.

Apabila proses pembuatan alat ini sudah selesai, bekerja dengan baik dan berhasil diuji di berbagai kondisi, Sofiyulloh dan tim-nya berencana akan mematenkan alat ini, bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan, Pihak pengelola hutan Wanagama, dan Puslitbang UGM.

Penulis : Diki Suherlan

 

Top