BNPB: Proses Relokasi Pengungsi Sinabung Terhambat Ketersediaan Lahan

Reading time: 2 menit
sinabung
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Aktivitas vulkanik Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara terus aktif. Sejak 2 hingga 7 Februari 2017 pagi tercatat sudah 47 kali meletus. Pos Pengamatan Gunung Sinabung atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) mengamati erupsi disertai luncuran awan panas terus berlangsung tanpa dapat diprediksi kapan aktivitas vulkanik akan menurun. Sejak Juni 2015 hingga sekarang status Gunung Sinabung tetap Awas (level IV). Kawasan rawan bencana pun terus meluas.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengatakan, dengan makin meluasnya daerah yang berbahaya maka jumlah masyarakat yang harus direlokasi juga bertambah. Pemerintah Daerah Karo sendiri, dikatakannya, masih kesulitan mencari lahan untuk relokasi.

BACA JUGA: BNPB Akan Pasang 17 Sistem Peringatan Dini Lahar Dingin di Sinabung

Untuk relokasi tahap I, sebanyak 370 Kepala Keluarga (KK) sudah selesai dilakukan di kawasan Siosar, sekitar 35 km dari desa asalnya yaitu Desa Bekerah dan Simacem. Masyarakat mendapat bantuan rumah, lahan pertanian seluas 0,5 hektar per KK dan beberapa bantuan lainnya. Saat ini, terusnya, pemerintah sedang bekerja keras menyelesaikan relokasi tahap II untuk 1.903 Kepala Keluarga.

“Sebanyak 1.655 unit rumah ditargetkan selesai pada Agustus 2017. Selanjutnya masih ada 1.050 Kepala Keluarga yang harus direlokasi tahap III nantinya,” kata Sutopo, Jakarta, Jumat (10/02).

Menurut Sutopo, faktor penghambat utama relokasi adalah ketersediaan lahan. Lahan tapak rumah sudah disiapkan di Siosar untuk 2.053 KK seluas 250 hektar. Namun tidak tersedia lahan usaha tani sehingga masyarakat tidak bersedia direlokasi.

BACA JUGA: 370 Unit Rumah Pengungsi Sinabung Dibangun di Kawasan Hutan Lindung

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, lanjut Sutopo, telah memberikan lahan APL (Area Penggunaan Lain) seluas 6.300 hektar yang cukup untuk permukiman dan usaha tani. Namun di lapangan lahan ini semua sudah dikuasai pihak lain. Oleh karena itu perlu pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan seluas 750 hektar untuk menampung relokasi sejumlah 1.271 KK.

“Tanpa ada lahan baru maka relokasi akan terhambat. Masyarakat akan lebih lama tinggal di pengungsian dan sulit membangun kehidupan yang lebih baik. Kunci utama penyelesaian pengungsi Sinabung adalah penyediaan lahan untuk permukiman dan usaha tani relokasi,” ujarnya.

Sebagai informasi, PVMBG masih terus melaporkan berturut-turut letusan pada Kamis (02/02) sebanyak 8 kali, Jumat (3/2) meletus 12 kali, Sabtu (4/2) meletus 12 kali, dan Minggu (5/2) meletus 7 kali hingga sore hari. Sejak Senin (6/2) hingga Selasa (7/2) terjadi erupsi sebanyak 8 kali tanpa disertai suara dentuman, dan terdapat kolom abu putih tebal keabuan mencapai ketinggian 1.000-2.000 meter dari puncak, condong mengarah timur. Erupsi juga disertai guguran lava meluncur sejauh 500-2000 meter ke arah selatan, tenggara, dan timur.

Larangan terhadap masyarakat terus diberlakukan. PVMBG merekomendasikan masyarakat dan wisatawan tidak boleh melakukan aktivitas dalam radius 3 km dari puncak, jarak 7 km untuk sektor Selatan-Tenggara, jarak 6 km untuk sektor Tenggara-Timur, serta dalam jarak 4 km untuk sektor Utara-Timur Gunung Sinabung. Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung diminta agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar.

Penulis: Danny Kosasih

Top