Jokowi Buktikan Indonesia Peduli Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Reading time: 2 menit
Presiden Joko Widodo meresmikan pencanangan gerakan nasional penyelamatan tumbuhan dan satwa dilindungi pada di Pulau Karya, Kepulauan Seribu, Jakarta, Kamis (14/04). Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Jakarta (Greeners) – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pencanangan gerakan nasional penyelamatan tumbuhan dan satwa dilindungi sebagai pembuktian kepada masyarakat dunia bahwa Indonesia sangat peduli dan mampu menjaga keragaman hayati yang ada di dalam hutan Indonesia.

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan bahwa pencanangan gerakan nasional tumbuhan dan satwa dilindungi ini adalah bukti kongkrit yang harus dilakukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kelestarian alam. Menjaga kelestarian alam tidak bisa hanya dilakukan dengan menanam pohon semata, namun juga ada ekosistem di dalamnya yang harus dijaga.

“Dua hal penting yang harus diwariskan dalam gerakan ini adalah ilmu pengetahuan dan kelestarian alam. Apalagi Indonesia di mata dunia dikenal akan kekayaan hayatinya. Dunia memandang kita sebagai negara mega biodiversity, paru-paru dunia, harapan dunia, dan masa depan alam bergantung pada lestarinya alam Indonesia,” kata Jokowi di Pulau Karya, Kepulauan Seribu, Jakarta, Kamis (14/04).

Ditemui di tempat yang sama, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dalam laporannya menyatakan bahwa gerakan nasional ini merupakan rangkaian dari acara Hari Hutan Nasional dan Hari Rimbawan. Hutan, lanjutnya, adalah bagian dari keseharian yang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat.

“Keberlangsungan hutan yang memiliki keanekaragaman hayati serta mengendalikan perubahan iklim sangat penting untuk dijaga,” tambahnya.

Presiden melepasliarkan empat ekor burung elang bondol. Pencanangan gerakan nasional penyelamatan tumbuhan dan satwa dilindungi sekaligus untuk menunjukan kepada masyarakat dunia bahwa Indonesia juga peduli terhadap pelestarian keanekaragaman hayati. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Presiden melepasliarkan empat ekor burung elang bondol. Pencanangan gerakan nasional penyelamatan tumbuhan dan satwa dilindungi sekaligus untuk menunjukan kepada masyarakat dunia bahwa Indonesia juga peduli terhadap pelestarian keanekaragaman hayati. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Pemilihan pulau Karya sebagai tuan rumah pencanangan gerakan nasional dikarenakan lokasi dan potensi wisata dan keanekaragaman hayatinya yang cukup baik. Dengan luas sekitar enam hektar, Pulau Karya berada di antara gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki potensi tersembunyi untuk bisa lebih dikembangkan.

“Pulau Karya ini adalah daerah tujuan wisata unik yang bersandar pada bentang kekayaan alam di gugusan Kepulauan seribu. Kami akan melakukan pengembangan taman nasional yang diorientasikan untuk basis pembangunan wilayah yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat,” lanjutnya lagi.

Sebagai informasi, gerakan nasional ini diawali oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, 8 duta besar negara sahabat, 17 mitra kerja internasional serta undangan lainnya dengan melepasliarkan empat ekor penyu sisik dewasa dan 200 ekor tukik penyu sisik. Selain itu, Presiden juga melepasliarkan empat ekor burung elang bondol yang merupakan ikon DKI Jakarta dan 250 ekor burung jenis lain yang memiliki habitat di Kepulauan Seribu.

Pelepasliaran burung serta satwa liar lainnya juga dilakukan secara serentak di beberapa Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (UPT KSDAE) kementerian seluruh provinsi di Indonesia.

Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar tidak hanya terfokus pada burung semata namun juga pada berbagai spesies satwa terancam punah lainnya. Dari gerakan nasional ini, total pelepasliaran burung sebanyak 1.478 ekor, kura-kura dan penyu sebanyak 159 ekor, tukik sebanyak 500 ekor, biawak 2 ekor, beruang madu 6 ekor, musang 9 ekor, dan orangutan 5 ekor. Satwa yang dilepasliarkan telah melalui proses pemeriksaan kesehatan sesuai prosedur yang berlaku.

Penulis: Danny Kosasih

Top