Perlu Kerjasama Banyak Pihak Hadapi Kejahatan Terhadap TSL

Reading time: 2 menit
Wakil Presiden Jusuf Kalla hadir membuka Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan ke-20 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Kamis (09/06). Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Jakarta (Greeners) – Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan terus berupaya melakukan pencegahan atas kejahatan terhadap tumbuhan dan satwa liar (TSL) atau wildlife crime di Indonesia.

Menteri LHK Siti Nurbaya, dalam sambutannya pada pembukaan acara Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan ke-20 di Jakarta, mengatakan bahwa setiap minggu dirinya selalu mendapat laporan terkait kejahatan TSL. Karena kecenderungan kasus kejahatan perdagangan dan peredaran TSL ilegal yang terus meningkat, maka dibutuhkan kerjasama antara negara sumber, negara tujuan dan negara transit sehingga jaringan perdagangan TSL ilegal antar negara terputus.

“Tema ‘Selamatkan Tumbuhan dan Satwa Liar untuk Kehidupan’ ini dipilih agar dapat mendorong masyarakat lebih peduli untuk melawan dan mencegah semua bentuk kejahatan terhadap tumbuhan dan satwa liar serta kerusakan yang ditimbulkan olehnya,” ujar Siti, Jakarta, Kamis (09/06).

BACA JUGA: ProFauna Desak Pelaku Perdagangan Satwa Liar Dihukum Berat

Di samping penegakan hukum, KLHK juga mencatat beberapa kabar baik terhadap upaya konservasi satwa di Indonesia. Dalam kurun waktu lima bulan pada periode 2015-2016, tercatat ada 25 ekor satwa yang lahir di 7 lembaga konservasi.

Dari Taman Safari Indonesia, ada 9 ekor satwa yang lahir yaitu anoa (satu ekor), gajah sumatera (1), macan tutul jawa (1), harimau sumatera (3), babi rusa (1), dan jerapah (2). Di Taman Nasional Ujung Kulon telah lahir 7 ekor badak Jawa, sementara di Taman Margasatwa Kinantan Bukittinggi telah lahir 2 ekor harimau sumatera dan 2 ekor macan dahan.

Lalu di Taman Impian Jaya Ancol lahir 1 ekor lumba-lumba, di Kebun Binatang Gembiraloka lahir 1 ekor beruang madu, di sanctuary badak Sumatera Taman Nasional Way Kambas lahir 1 ekor badak sumatera, dan di Taman Nasional Sidomuncul lahir 1 ekor harimau Siberia.

Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) dalam kesempatan serupa juga menekankan bahwa permasalahan lingkungan hidup adalah satu dari tiga isu besar yang dibahas dunia selain hak asasi manusia dan demokrasi.

Ia menyatakan bahwa lingkungan hidup berkaitan erat dengan hutan. Menurutnya, meskipun hutan di Indonesia sudah jauh berkurang, namun masih ada cukup banyak hutan yang tersisa dan harus dijaga.

BACA JUGA: Sanksi Kejahatan Perdagangan Satwa Dilindungi Belum Timbulkan Efek Jera

Terkait perdagangan TSL, JK mengakui bahwa banyak masyarakat yang masih kurang paham kenapa gajah, orang utan, singa atau hewan liar dilindungi lainnya harus dijaga. Padahal, keberadaan satwa adalah indikator terjaganya kehidupan yang sehat dan baik.

“Kita terkadang kurang memahami kenapa orang utan atau gajah harus dijaga. Orang utan, gajah, singa atau lainnya adalah indikator kehidupan yang baik. Apabila hewan ini masih baik, itu artinya hutan masih baik. Kalau hutan masih baik, air masih baik. Kalau air masih baik berarti ada kehidupan. Kalau gajah sudah habis pasti hutan habis. Termasuk kupu-kupu juga bisa melihat kualitas udara,” ujarnya.

Sebagai informasi, selain isu tumbuhan dan satwa liar, Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ke-20 Tahun 2016 juga membahas isu pencemaran air, pencemaran udara, persampahan maupun limbah B3 serta kerusakan lingkungan hidup akibat kegiatan pertambangan.

Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan ke-20 diisi dengan pameran, seminar, talkshow, games booth, eco driving rally dan uji emisi, lomba insinyur cilik, green music festival, lomba menggambar, serta lomba mewarnai. Acara ini menggunakan konsep rendah sampah dengan slogannya yang telah diadopsi oleh dunia pada forum UNEA-2 di Nairobi, Kenya.

Penulis: Danny Kosasih

Top