Serang Empat Petugas, Macan Kumbang Terpaksa Ditembak Mati

Reading time: 2 menit

Malang (Greeners) – Seekor macan kumbang yang menyerang permukiman di Dusun Sumber, Desa Sentul, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (2/10/2013) kemarin terpaksa ditembak mati setelah berbagai upaya untuk menangkapnya gagal dan melukai empat petugas.

Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Wilayah III Jawa Timur, Sunandar Trigunajasa, mengungkapkan, keputusan penembakan mati macan kumbang ini adalah keputusan bersama dan berdasarkan evaluasi di lapangan terkait upaya penyelamatan satwa ini. “Kita sudah mencoba berbagai upaya menyelamatkannya dan tidak menembak mati,” kata Sunanda, Kamis (3/10/2013).

Menurutnya, sebelum ditembak mati, ada beberapa tahapan untuk menangkapnya dengan menembak bius, memasang jaring dan kandang perangkap dengan umpan makanan serta menembaknya dengan peluru karet. Namun, semua upaya ini gagal, dan satwa ini masih lincah. Sementara masyarakat yang mendekat ke lokasi bertambah banyak dan hari semakin petang. “Kalau malam bisa lebih bahaya karena satwa ini bisa lebih lincah di malam hari dan sulit ditangkap,” ujarnya.

Ia juga mengakui jika upaya penangkapan yang dilakukan tim dari Polisi, TNI, Taman Safari, serta petugas Taman Nasional, sudah melalui tahapan-tahapan yang semestinya. Apalagi, lokasi macan kumbang yang bersembunyi di rumah warga cukup menyulitkan petugas. Ditambah kondisi dinding rumah warga yang dari bambu dan banyak lubang untuk keluar dan melukai banyak orang, sangat terbuka peluangnya membahayakan penduduk.

Sedangkan upaya menangkap macan ini telah melukai empat orang petugas. Karena tidak ingin membahayakan warga lainnya apalagi ada korban jiwa, dan setelah berkonsultasi dengan pimpinan, maka diputuskan untuk melumpuhkan macan muda itu.

Sementara itu, Kepala balai Besar Taman Nasional Bromo tengger Semeru, Ayu Dewi Utari mengatakan, penembakan mati macan kumbang yang diduga dari kawasan taman nasional ini sesuai dengan prosedur tetap (protap) yang ada. Petugas, katanya, sudah mencoba menangkapnya denganberbagai cara termasuk dengan menggiring dengan menggunakan jaring ke perangkap, namun macan kumbang tetap tidak mau. Bahkan, coba dilumpuhkan dengan gas dan peluru karet, tapi macan itu masih tetap lincah.

Selain itu, situasi di lapangan yang penuh dengan masyarakat yang semakin sore semakin banyak yang ingin melihat juga sangat membahayakan, karena jika sempai malam hari tidak tertangkap bisa membahayakan warga lainnya karena macan kumbang hidupnya di malam hari serta bisa semakin sulit menangkapnya. “Kita tidak ingin ada korban lagi setelah empat orang petugas mengalami luka yang serius,” ujarnya.

Menurutnya, macan kumbang ditembak sekitar pukul 16.30 WIB, di mana situasi di lapangan untuk menangkapnya sangat sulit di tengah kerumunan masyarakat yang mendekat. Ia belum bisa memastikan jika macan kumbang ini berasal dari kawasan taman nasional atau hutan lindung lainnya. Sebab, lokasi desa dengan wilayah taman nasional sekitar 15 kilometer, sementara jarak eksplorasi satwa ini sekitar 25 kilometer persegi atau 5 kilometer di dalam hutan. “Kemungkinan juga terpisah dari induknya,” kata Ayu.

Ia juga belum berani menyimpulkan apakah satwa ini lepas dari upaya perburuan liar sehingga terlepas dari induknya. Saat ini, satwa sudah dibawa ke Taman Safari II di Prigen, Pasuruan untuk diotopsi.

Ketua organisasi perlindungan satwa ProFauna Indonesia, Rosek Nur Sahid, menilai, penembakan mati menilai penembakan mati macan kumbang merupakan tindakan yang tergesa-gesa dan terlalu dini. Seharusnya, kata Rosek, dilakukan upaya persuasif dulu hingga benar-benar bisa ditangkap sebelum memutuskan tembak mati. (G17)

Top