Charcoal Burner, Jamur Arang yang Lezat Rasanya

Reading time: 2 menit
Jamur charcoal burner dapat kita makan dan populer dalam masakan karena memiliki rasa seperti kacang. Foto: Inaturalist

Jamur Russula cyanoxantha dikenal juga dengan nama Charcoal Burner. Nama tersebut mengacu pada warna tudung jamur ini yang terlihat seperti arang yang terbakar.

Berasal dari famili Russulaceae yang hanya terdiri dari dua genus yakni, Lactarius dan Russula. Oleh karena itu, jamur charcoal burner berkerabat dengan Lactarius aurantiacus, Lactarius vietus, Russula aurea, dan lainnya. Selain itu, jamur ini juga disebut brittlegills, karena tekstur jamur charcoal burner yang sangat rapuh.

Di samping itu jamur charcoal burner memiliki beberapa nama sinonim, di antaranya Agaricus cyanoxanthus Schaeff, Russula furcata, Russula cyanoxantha var. cyanoxantha (Schaeff.) Fr, Russula cutefracta Cooke, Russula cyanoxantha f. pallida Singer, Russula cyanoxantha f. peltereaui Singer, Russula cyanoxantha var. cutefracta (Cooke) Sarnari, dan Russula cyanoxantha f. cutefracta (Cooke) Sarnari.

Sementara itu, jamur Russula variata dari Amerika Timur memiliki penampilan yang sangat mirip dengan jamur charcoal burner. Namun, sebenarnya dapat dibedakan dari lamelanya yang mencolok serta rasanya yang tajam. Selain itu, permukaan tudung jamur R. variata tidak memiliki urat radial seperti pada jamur charcoal burner.

Jamur charcoal burner, Jacob Christian Schaeffer deskripsikan pada tahun 1762 dengan nama ilmiah Agaricus cyanoxanthus. Kemudian pada tahun 1863, ahli mikologi Swedia, Elias Magnus Fries, menetapkan nama ilmiahnya yang saat ini diterima sebagai Russula cyanoxantha.

Morfologi dan Ciri-ciri Umum

Jamur charcoal burner memiliki warna yang cukup bervariasi dan menyulitkan dalam identifikasi. Meskipun begitu jamur ini dapat kita bedakan dari teksturnya yang sangat rapuh dan khas, dan jamur ini juga favorit para koki.

Tudung jamur ini berdiameter 5-15 cm dengan bentuk bulat pada awalnya, yang berubah menjadi cembung hingga rata dengan cekungan di tengahnya. Bagian tudung ini akan mengelupas hingga setengah bagiannya ke arah tengah.

Warna tudungnya bervariasi, mulai dari warna ungu, cokelat hingga abu-abu. Bahkan pada R. cyanoxantha var. peltereaui tudungnya berwarna hijau dan lebih gelap ke arah tengah. Selain itu daging jamur ini berwarna putih dan bertekstur keras.

Sementara itu, bagian lamelanya berwarna putih, berminyak, lentur, saling berdesakan, dan terkadang bercabang. Sedangkan batangnya berdiameter 15 hingga 30 mm, berbentuk silinder dengan tinggi 5 hingga 10 cm. Batangnya berwarna putih dan terkadang ungu. Daging batangnya juga berwarna putih, dan tidak ada cincin batang.

Spora berbentuk Ellipsoidal berukuran 7-9 x 5-6μm, dihiasi dengan kutil tumpul yang terisolasi hingga setinggi 0,5μm dan cetakan spora berwarna putih.

Habitat dan Distribusi 

Termasuk mikoriza (simbiosis jamur dengan tumbuhan) dengan kayu keras seperti pohon ek dan Beech serta tanaman runjung. Umumnya tumbuh sendiri, berkelompok, ataupun tersebar di bawah pohon. Dapat kita temukan pada musim panas dan musim gugur, dan distribusinya tersebar luas di Amerika Utara, Inggris, dan Irlandia.

Pemanfaatan Jamur Charcoal Burner

Jamur charcoal burner dapat kita makan dan populer dalam masakan karena memiliki rasa seperti kacang. Dagingnya sedikit lebih lembut daripada jamur merang lainnya, namun teksturnya tidak berubah meskipun sudah kita masak.

Jamur ini lezat bila kita masak sebagai tumisan dengan campuran bawang bombay, bawang putih, dan daging. Selain itu, dapat menjadi isian telur dadar atau juga dalam sup jamur. Melansir berbagai sumber, rasa jamur ini yang lezat dan ringan, berada di posisi 16 dalam daftar “Top 20 Jamur yang Dapat Dimakan di Inggris”.

Taksonomi Jamur Charcoal Burner

Penulis : Anisa Putri

Editor : Ari Rikin

Top