Nisa Wargadipura, Kritik Kurikulum Pendidikan Melalui Pesantren Berbasis Agroekologi

Reading time: 4 menit
Nisa Wargadipura. Foto: greeners.co/Teuku Wildan

Jakarta (Greeners) – Jika kita membandingkan bentuk fisik pesantren puluhan tahun kebelakang dengan hari ini, terdapat perbedaan yang dapat dilihat dengan mudah secara kasat mata. Dahulu pesantren merupakan bangunan sederhana satu lantai dengan lahan kosong untuk berkebun disekitarnya. Kini sudah umum ditemui pesantren dalam bentuk bangunan bertingkat dengan halaman beton, nyaris tidak ada tanah yang terbuka untuk tumbuhnya tanaman.

Namun, tampaknya modernisasi disikapi dengan bijak oleh Nisa Wargadipura. Nisa bersama dengan suaminya, Ibang Lukmanurdin, mendirikan Pesantren Ath Thaariq dimana kebun dan sawah menjadi bagian dari pesantren tersebut. Pesantren yang didirikan pada 2008 lalu itu menjadi laboratorium biologi dan pertanian para santri, selain juga sebagai tempat mempelajari agama Islam.

“Pesantren Ath Thaariq ini merupakan autokritik terhadap kurikulum pendidikan kita yang sangat jauh dari kearifan lokal,” kata Nisa kepada Greeners saat ditemui pada pertengahan Februari lalu di Pesantren Ath Thaariq, Garut.

Pembelajaran agroekologi yang diterapkan di pesantren ini disebut Nisa menjadi pembeda dari pesantren lainnya. Ia beranggapan bahwa agroekologi yang ia terapkan merupakan bagian dari budaya pertanian Sunda yang mulai dilupakan, bahkan termasuk oleh para petani itu sendiri.

Menurut Nisa, budaya merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dalam sebuah sistem pendidikan namun sistem pendidikan saat ini telah menjauhkan nilai-nilai dan budaya lokal. Padahal, menurutnya, para murid ataupun santri tentunya hidup pada kehidupan lokal yang berdasar pada budaya dan alam setempat. Anak-anak yang tumbuh dalam era sekarang, menurut Nisa kurang menghargai alam karena memang tidak didekatkan dengan alam.

“Desain kurikulum pesantren modern itu kan pagi masuk kelas, terus makan siang disediakan, lalu kembali ke asrama atau masuk masjid. Lalu, di mana proses pengenalan terhadap alamnya? Buat kami itu ironis,” katanya.

Sistem pendidikan di Pesantren Ath Thaariq didesain untuk mendekatkan santri dengan alam. Tersedianya sawah dan kebun yang cukup luas di pesantren ini diharapkan membuat santri lebih mengenal alam selain juga memperdalam ilmu mengenai agama.

(selanjutnya)

Top