Swiss Tertarik Berinvestasi pada Bidang Energi Terbarukan di Indonesia

Reading time: 2 menit
Wakil Presiden Swiss Doris Leuthard dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Sofyan Djalil melakukan pertemuan untuk membahas sejumlah agenda kerjasama bilateral di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (30/03). Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Jakarta (Greeners) – Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Sofyan Djalil bersama dengan Wakil Presiden Swiss Doris Leuthard melakukan pertemuan untuk membahas sejumlah agenda kerjasama bilateral, terutama mengenai energi baru terbarukan, lingkungan hidup dan transportasi.

Kepada wartawan, Sofyan mengatakan bahwa kedatangan Leuthard yang juga menjabat sebagai Menteri Lingkungan Hidup, Transportasi dan Energi Swis ini sangat berminat untuk ikut berpartisipasi sebagai investor dan penyedia teknologi. Ia juga menyampaikan kepada Leuthard bahwa Indonesia memiliki banyak potensi terhadap ketertarikan Leuthard tersebut.

“Mereka punya teknologi dan perusahaan-perusahaan Swiss itu sangat berminat untuk ikut berpartisipasi sebagai investor, provider teknologi, dan lain-lain. Saya katakan bahwa peluang di Indonesia sangat banyak. Kita harapkan mereka bisa berpartisipasi dalam hal tersebut,” katanya kepada Greeners, Jakarta, Rabu (30/03).

Mengenai besaran investasinya sendiri, Sofyan mengaku masih belum mengetahui secara pasti. Namun, ia menjanjikan bahwa Indonesia akan memberikan kesempatan yang besar bagi perusahaan-perusahaan Swiss untuk berinvestasi. Contohnya, seperti masalah transportasi perkotaan, akses air bersih dan beberapa masalah infrastruktur lainnya yang mana Swiss memiliki teknologi dalam penyelesaian masalah tersebut.

Sofyan mengakui masih ada sedikit kendala terkait aturan yang memberikan jaminan bagi investor dalam mengembangkan energi terbarukan. Namun, ia yakin kendala tersebut akan bisa diatasi melihat kebutuhan Indonesia akan bauran energi terbarukan sebesar 23 persen yang ditargetkan akan tercapai pada tahun 2025 telah menjadi mandat undang-undang.

“Kita sadar bahwa itu adalah mandat undang-undang. Tahun 2025, bauran dari energi terbarukan itu harus 33 persen dicapai. Beberapa kelemahan yang ada perlu kita perbaiki. Pak Sudirman (Menteri ESDM) sedang bekerja keras untuk itu. Mudah-mudahan tercapai,” tambahnya.

Di tempat yang sama, Doris Leuthard mengatakan bahwa kunjungannya ke Indonesia juga dalam langkah maju untuk membahas EFTA (European Free Trade Association). Perundingan Indonesia EFTA sejauh ini sudah berhenti selama tiga tahun dan Indonesia telah sepakat untuk melanjutkannya.

“Saya pikir energi terbarukan saat ini sudah bukan merupakan pilihan. Di sini, di sektor transportasi, kita harus sudah mulai fokus. Di bidang energi juga begitu, energi terbarukan harus didahulukan. Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan yang bisa digunakan sebagai pengganti minyak bumi (fosil),” tutup Leuthard.

Sebagai informasi, saat ini, energi Indonesia saat ini terbagi atas 37 persen minyak bumi, 22 persen gas bumi, 29 persen batubara, dan 12 persen energi terbarukan. Indonesia juga tengah fokus untuk mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan.

Selain untuk mendukung kebutuhan energi, energi terbarukan juga didorong untuk lebih berperan dalam menyuplai pasokan listrik. Proporsi pembangkit listrik energi terbarukan diprediksi naik menjadi 33 persen pada tahun 2025 dan 38 persen pada tahun 2050. Dalam kurun waktu 2025 sampai 2050, penggunaan energi terbarukan untuk menyuplai pasokan listrik diperkirakan akan meningkat dari 45 gigawatt menjadi 169 gigawatt.

Penulis: Danny Kosasih

Top