Badak Jawa, Satwa Bercula Satu yang Pernah Dianggap Hama

Reading time: 4 menit
badak jawa
Badak Jawa, Satwa Langka Bercula Satu yang Pernah Dianggap Hama. Foto: Shutterstock.

Salah satu penyebab menyusutnya keanekaragaman hayati di Indonesia adalah eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Bukan cuma flora, fauna besar seperti Badak Jawa pun turut terancam keberadaannya jika upaya pemanfaatan yang berkelanjutan tak segera kita galakkan.

Seperti kita ketahui, Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan spesies terlangka dari lima spesies badak yang ada di dunia, yakni Badak Sumatra, Badak Hitam, Badak Putih dan Badak India.

Bersama badak sumatra, Javan rhino ini berada di ambang kepunahan karena hanya berjumlah 74 ekor untuk badak jawa dan 100 ekor untuk badak sumatra.

Tidak cuma itu, jenis badak hitam pun tergolong sebagai satwa yang terancam punah. Pakar mensinyalir opulasi spesies ini hanya berjumlah 5.055 ekor, sedang badak putih mencapai 20.408 ekor di habitatnya.

Asal-Usul dan Habitat Badak Jawa

Di masa lampau, spesies Rhinoceros sondaicus tidak cuma hidup di kawasan pulau Jawa saja, namun menyebar hingga area pegunungan khususnya wilayah Asia Tenggara sampai ke India.

Menurut ahli sejarah, dulu badak jawa tinggal tidak jauh dari pemukiman manusia. Bahkan pada abad ke-18, hewan yang satu ini warga anggap sebagai hama karena mengganggu tanaman perkebunan warga.

Bukan cuma itu, pemerintah kolonial Belanda yang saat itu berkuasa bahkan pernah mengadakan sayembara, dengan total hadiah sebesar 10 gulden bagi siapa saja yang berhasil membunuhnya.

Padahal bila kita telaah lebih lanjut, fauna bertubuh gempal ini terbilang sangat unik sebab menjadi salah satu spesies yang berevolusi saat pembentukan kawasan ‘Sunda Land’ ribuan tahun silam.

Jika ingin melihat badak jawa di habitat aslinya, saat ini hewan tersebut bisa kita temukan di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten, dengan daya dukung berkisar 50 individu saja.

Morfologi dan Ciri-Ciri Badak Jawa

Morfologi atau ciri fisik badak sebenarnya dapat kita bedakan berdasarkan jenisnya. Oleh sebab itu, jenis badak sumatra dan jenis badak jawa jelas mempunyai ciri yang berbeda meski tampak serupa.

Secara fisik, javan rhino memiliki satu cula dengan ukuran sekitar 25 cm. Sedang Dicerorhinus sp (nama ilmiah badak sumatra) bercula dua; 28-80 cm untuk cula depan dan 10 cm untuk cula belakang.

Kedua kulit hewan ini juga berbeda, bagian kulit badak cula satu berwarna abu-abu dengan teksturnya tidak rata dan berbintik, sedang badak sumatra berwarna cokelat keabu-abuan serta berambut.

Beberapa jenis Sumatran Rhino juga memiliki kulit berwarna cokelat kemerah-merahan. Spesies yang satu ini terkenal sebagai jenis badak dengan jumlah rambut terbanyak di antara sub-spesies lainnya.

Selain beberapa ciri di atas, ada fakta unik lain yang patut Anda ketahui terkait badak jawa, seperti:

  • Berat badan hewan ini bisa mencapai 900-2.300 kg;
  • Tinggi badannya berkisar 1,7 m dengan panjang 2-4 m;
  • Cula pada badak betina biasanya sangat kecil, bahkan bisa saja tidak ada;
  • Badak jantan mencapai fase dewasa setelah 10 tahun, sedang betina pada usia 5-7 tahun;
  • Masa mengandung badak betina antara 15-16 bulan; dan
  • Bagian atas bibirnya meruncing untuk mempermudah mengambil daun dan ranting.
badak jawa

Badak sumatra dan jenis badak jawa jelas mempunyai ciri yang berbeda meski tampak serupa. Foto: Shutterstock.

Penyebab Kepunahan Badak Jawa

Melansir WWF Indonesia, kasus perburuan liar badak Jawa sudah tidak ada sejak tahun 1990-an. Hal ini berkat efektifnya penegakan hukum dan langkah inisiatif pelestarian badak.

Meski begitu, bukan berarti ancaman terhadap satwa langkah ini lantas berkurang. Terdapat beberapa dua faktor lain yang menjadi ancaman terbesar bagi populasi badak saat ini, yaitu:

1. Berkurangnya Keragaman Genetis

Badak merupakan hewan penyendiri serta ‘pemalu,’ sehingga sangat sulit bagi hewan tersebut untuk mendapatkan pasangan dan melakukan reproduksi secara alamiah.

Populasi badak yang sedikit menyebabkan rendahnya keragaman genetis, hal ini secara otomatis memperlemah kemampuan spesies tersebut dalam menghadapi wabah penyakit dan bencana alam.

2. Degradasi dan Hilangnya Habitat

Sudah jadi rahasia umum, masifnya aktivitas alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian membuat ruang gerak badak di habitatnya semakin sempit setiap tahunnya.

Bahkan berdasarkan laporan daftar satwa liar terbaru Malaysia, badak jawa telah dinyatakan punah (extinct) akibat tingginya kegiatan deforestasi untuk kebutuhan komersil secara ilegal di sana.

3. Menipisnya Sumber Makanan

Bukan cuma penebangan hutan, salah satu penyebab menipisnya sumber makananan badak adalah pertumbuhan tanaman langkap (Arenga obtusifolia) yang tidak terkontrol di habitatnya.

Tajuk langkap yang melebar dan berjumlah banyak menutupi sinar matahari bagi tumbuhan rendah di sekitarnya. Salah satu flora yang mati akibat pertumbuhan langkap adalah golongan pakan badak.

Baca juga: Bisik-Bisik Kuping Gajah, Ayo Kita Intip Daunnya yang Berkilau

Upaya Konservasi dan Manfaat Badak Jawa

Jurnal Konservasi (Conservation Letter) menyebut sebagian populasi badak jawa di TNUK berada dalam jangkauan Gunung Berapi Krakatau. Dekat dari Cekungan Sunda.

Kedua lokasi ini merupakan daerah konvergen lempengan tektonik, yang berpotensi menyebabkan gempa bumi serta dapat memicu terjadinya bencana tsunami.

Dalam studi tersebut, pakar memroyeksikan jika terjadi bencana tsunami setinggi 10 m dalam 100 tahun ke depan, maka dapat mengancam 80% area TNUK yang notabenenya menjadi habitat badak jawa.

Maka dari itu, peneliti mendesak untuk segera melakukan pembangunan habitat baru di lokasi yang lebih aman, seperti Hutan Baduy, Taman Nasional Halimun-Salak, Cagar Alam Sancang dan Cikepuh.

Badak jawa adalah satwa yang sangat penting, menurut Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno, hewan ini bisa menjadi indikator kelestarian hutan.

Apabila hutan masih lestari maka lokasi tersebut menjadi tempat tinggal favorit badak, namun jika hutannya sudah rusak maka hewan-hewan tersebut akan pindah bahkan mati di dalamnya.

Taksonomi Badak Jawa

badak jawa

Referensi:

Laman DLHK Yogyakarta

Laman Yayasan Badak Indonesia

U. Mamat Rahmat dalam Jurnal Manajemen Hutan Tropika

Laman WWF Indonesia

Penulis: Yuhan Al Khairi, Sarah R. Megumi

Top