Nadine Alexandra Tidak Setuju Boikot Minyak Kelapa Sawit

Reading time: 2 menit
minyak kelapa sawit
Puteri Indonesia 2010 Nadine Alexandra Dewi Ames. Foto: WWF Indonesia

Sintang (Greeners) – Komitmen moratorium perizinan kelapa sawit akhirnya direalisasikan dalam bentuk regulasi berupa Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2018. Sebelum tercapainya regulasi ini, sejumlah kelompok peduli lingkungan dan beberapa negara melakukan berbagai kampanye penolakan terhadap minyak kelapa sawit, termasuk melakukan aksi boikot.

Puteri Indonesia 2010, Nadine Alexandra Dewi Ames mengatakan bahwa dirinya mendukung moratorium kelapa sawit namun ia tidak setuju dengan tindakan memboikot komoditas minyak kelapa sawit.

“Sekarang yang bisa dilakukan adalah pengendalian kerusakan agar tidak menjadi (lebih) buruk daripada situasi sekarang. Salah satunya menjamin bahwa minyak kelapa sawit di Indonesia itu certified sustainable palm oil (CSPO),” ujar Nadine saat ditemui Greeners usai kegiatan kunjungan ke Desa Telaga 1, proyek Kelapa Sawit Berkelanjutan WWF Indonesia di Sintang, Kalimantan Barat, akhir November lalu.

Lebih lanjut Nadine mengatakan bahwa untuk mengurangi deforestasi sekaligus mendorong adanya industri kelapa sawit yang ramah lingkungan, saat ini WWF Indonesia tengah menjalankan program minyak kelapa sawit berkelanjutan. Meski demikian ia berharap masyarakat juga menyadari bahwa konsumen memiliki kekuatan untuk mengubah kebiasaan untuk tidak lagi mengonsumsi produk dari minyak kelapa sawit yang tidak tersertifikasi.

“Karena yang bisa memilih adalah kita, yang bisa membeli adalah kita. Itu adalah cara untuk mengatakan kepada pemerintah dan kepada korporasi bahwa kita sadar, kita tahu, dan kita tidak setuju karena ada pilihan lain (produk dari minyak sawit bersertifikat lingkungan, Red.),” ujar Nadine.

Oleh karena itu, ia menegaskan agar konsumen tidak perlu takut menolak membeli produk dari perusahaan kelapa sawit yang belum memiliki sertifikat kelapa sawit berkelanjutan. Sosialisasi dari pemerintah juga sangat diperlukan untuk mempengaruhi masyarakat agar menjadi konsumen yang pintar memilih produk minyak sawit yang berkelanjutan.

Be a smart consumer (jadilah konsumen yang cerdas) dan pilihlah produk yang ada CSPO,” kata Nadine.

Menurut Nadine sudah saatnya pemerintah memprioritaskan permasalahan sawit bukan hanya dari segi ekonomi saja. “We rely on you (pemerintah) karena hanya pemerintah kita yang bisa membuat regulasi, undang-undang dan kebijakan yang bisa merawat serta melestarikan flora dan fauna di Indonesia,” kata perempuan kelahiran Winchester, Inggris ini.

“We” yang dimaksud Nadine bukan hanya manusia, namun termasuk hutan dan satwa liar yang ada di Indonesia. Duta Orangutan dari WWF Indonesia ini berpendapat isu deforestasi kelapa sawit dan konservasi rehabilitasi orangutan merupakan isu yang saling terkait.

Ngomongin orangutan itu tidak bisa dipisahkan dari ngomongin kelapa sawit dan deforestasi. Saat ini ada deforestasi yang kelewatan dan industri kelapa sawit yang sepertinya tidak terkontrol atau tidak diawasi benar-benar,” ujarnya.

Nadine menyarankan kepada pelaku bisnis untuk tidak takut mencoba model bisnis baru yaitu bisnis yang berorientasi lingkungan. Menurutnya, di berbagai belahan dunia model bisnis yang mengutamakan keberlanjutan juga bisa menghasilkan keuntungan.

“Cepat atau lambat, mayoritas konsumen akan memilih produk dari apakah produk itu berkelanjutan atau tidak. Jadi dari pada nanti ketinggalan zaman, kenapa enggak diadopsi dari sekarang cara pemikiran yang seperti itu?” pungkas Nadine.

Penulis: Thorvy Qalbi

Top