Kesempatan Kedua Bagi Pohon Natal

Reading time: 2 menit
Furnitur dari pohon natal yang sudah tidak dipakai karya Fabien Capello. Foto: inhabitat.com

Meskipun perayaan Natal sudah berlalu, tapi kita masih dapat melihat jejaknya. Sama halnya dengan perayaan besar lainnya, Natal menyisakan sampah yang tidak sedikit. Sampah tersebut termasuk pohon-pohon Natal. Jika Natal usai, ke mana perginya pohon yang menjadi simbol musim dingin tersebut?

Seorang desainer Fabien Cappello memberikan solusi. Ia menghadirkan kehidupan baru untuk pohon-pohon itu; tidak lagi sebagai dekorasi Natal, akan tapi sebagai furnitur yang cantik. Saat masih berstatus mahasiswa di Royal College of Art and Design, Fabien menyadari bahwa ada satu saat dalam satu tahun di mana kota tempat tinggalnya dipenuhi oleh kayu bekas. Ia mengamati bahwa terdapat hampir satu juta batang pohon natal bekas dari daerah pemukiman di London saja. Dia akhirnya menemukan ide mengatasi limbah kayu tersebut.

Furnitur dari pohon natal yang sudah tidak dipakai karya Fabien Capello. Foto: inhabitat.com

Furnitur dari pohon natal yang sudah tidak dipakai karya Fabien Capello. Foto: inhabitat.com

Pohon-pohon natal yang dibuang ini menjadi sumber bahan utama untuk proyek desainnya. Ia memperoleh batang pohon ini secara gratis. Fabien mengerjakan sendiri proyek furnitur dari pohon natalnya sejak tahun 2009.

Kini ada pilihan untuk tidak membuang pohon natal. Banyak orang mendatangi Fabien dan menyewa jasanya untuk membut furnitur dari pohon natal mereka. Fabien pun akan mencari pohon-pohon berikutnya bila dirasa materialnya kurang. Tiga minggu kemudian, pohon natal tersebut diubah menjadi furnitur. Pemilik pohon mendapatkan kembali pohon natalnya dalam bentuk bangku, meja atau bahkan benda lain yang lebih mewah.

Furnitur dari pohon natal yang sudah tidak dipakai karya Fabien Capello. Foto: inhabitat.com

Furnitur dari pohon natal yang sudah tidak dipakai karya Fabien Capello. Foto: inhabitat.com

Mengerjakan furnitur dari batang pohon natal ini mempunyai kesulitan tersendiri. Karena dipotong pada batang yang masih muda, kayunya kurang padat dan terlihat kasar. “Banyak percobaan yang saya lakukan terhadap pohon ini, membuang semua kulit kayu dan memotong-motongnya sehingga mejadi pola untuk kaki meja atau kursi. Pada akhirnya, saya menemukan banyak teknik untuk mengolah kayu ini,” ungkap Fabien seperti dirilis di Inhabitat.

“Pada intinya ini adalah sebuah ide dimana kamu membeli sebuah pohon dan merayakannya dalam sebuah periode yang pendek dan kemudian dibuang. Saya berpikir bahwa akan sangat menarik bila bisa kita gunakan kembali material ini. Saya melakukan sesuatu agar kayu ini bisa kembali ke rumah pembelinya,” ujar Fabien.

Penulis: NW/G15

Top