Dipterocarpus cinereus “Penghuni” Baru Kebun Raya Cibinong

Reading time: 2 menit
Kepala BRIN LT Handoko menanam Dipterocarpus cinereus di KR Cibinong. Foto: BRIN

Cibinong (Greeners) – Dipterocarpus cinereus kini tak lagi berstatus punah di alam liar (extinct in the wild). Tumbuhan endemik asal Pulau Mursala, Sumatra Utara ini kini resmi menjadi salah satu “penghuni” Kebun Raya Cibinong, Bogor.

Berkat kegigihan tim peneliti Kebun Raya Bogor, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Komatsu, tanaman ini kini berhasil dikonservasi. 

Di tahun 2019, IUCN pun mengategorikan tumbuhan ini critically endangered (kritis). Status ini membawa angin segar. Setelah dua kali ekspedisi ke pulau tersebut, tim peneliti berhasil melakukan pembesaran bibit di nursery di Gunung Batu, Bogor. Selain itu juga sudah ada penanaman di Gunung Dahu, Panorama Pabangbon, Bogor.

Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Henti Hendalastuti Rachmat mengatakan, masyarakat mengenal tumbuhan jenis meranti ini dengan sebutan keruing. Bahkan jika kita bandingkan dengan meranti lainnya ada banyak perbedaan. 

Jika meranti lain butuh tiga bulan untuk pembesaran bibit. Keruing ini butuh dua tahun. “Kami butuh dua kali ekspedisi ke lokasi untuk mengambil bibit yang lebih banyak untuk pembesaran,” katanya di kawasan Kebun Raya Cibinong, Bogor, Senin (22/5).

Rumah Bagi Ekosistem Lain

Henti dan timnya memulai ekspedisi tahun 2013. Akses pulau sulit tim jangkau, berpenduduk kurang dari 20 kepala keluarga dan minim fasilitas, beberapa personel tim pun terjangkit malaria.

Namun hal itu tidak menyurutkan tim. Hingga saat ini, mereka berhasil melakukan pembesaran. Harapannya, tanaman ini bisa mereka perbanyak dan kembalikan lagi ke habitatnya.

Ancaman antroprogenik pun tinggi di sana. Sehingga tumbuhan potensial ini juga kerap menjadi sasaran illegal logging

Butuh 30-40 tahun kayu pohon ini berdiameter optimal dan bisa bernilai potensial. Apalagi pohon ini adalah penghuni hutan hujan tropis

“Mereka pun menjadi rumah bagi ekosistem lain seperti flora, fauna, fungi (jamur) yang punya manfaat luar biasa seperti anti-inflamasi dan banyak lagi yang mungkin belum diketahui,” tuturnya.

Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN Henti Hendalastuti Rachmat salah satu tim peneliti tumbuhan endemik ini. Foto: Greeners/Ari Rikin

Kepala BRIN Tanam di Kebun Raya Cibinong

Kepala Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan BRIN Andes Hamuraby Rozak mengungkapkan, regenerasi tanaman butuh bantuan tangan manusia. 

Meranti misalnya, adalah kayu dengan nilai keekonomian tinggi. Di samping itu, nilai ekosistem, jasa lingkungannya juga tinggi. “Penghasil oksigen, konservasi air, habitat fauna lain dan tumbuhan merambat lainnya,” tuturnya.

Dalam peringatan hari keanekaragaman hayati pada 22 Mei 2023, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko juga menanam Dipterocarpus cinereus di kawasan Kebun Raya Cibinong, Bogor. 

“Untuk recovery kita tanam lagi tumbuhan yang punah, sehingga masyarakat tergerak mengonservasi,” imbuhnya.

Penulis/Editor : Ari Rikin

Top