Ekspedisi Sumba 2015: Nostalgia ala Saepul Hamdi di Desa Dikira

Reading time: 2 menit
Salah satu peserta Ekspedisi Sumba 2015 dari Bandung, Saepul Hamdi. Foto: dok. Ekspedisi Sumba 2015

Dikira (Greeners) – Satu hari penuh melakukan aktifitas perkebunan dan merasakan hidup terisolasi dari dunia luar seperti yang dialami oleh masyarakat Desa Dikira di Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya memberikan kesan tersendiri bagi Saepul Hamdi (22). Salah satu peserta Ekspedisi Sumba 2015 dari Bandung ini mengaku merasa seperti kembali ke masa lampau di mana ia masih hidup tanpa aliran listrik dan memasak dengan menggunakan kayu sebagai bahan bakar.

“Senang dan merasa seperti nostalgia banget dengan apa yang dilakukan selama satu hari ini. Karena Epul sendiri saat masih hidup di kampung di Pelabuhan Ratu itu sempat merasakan bagaimana hidup tanpa listrik dan memasak dengan kayu bakar sampai hitam-hitam gitu,” tuturnya, Dikira, Rabu (02/09).

Pemuda berdarah Sunda ini pun mengaku kagum dengan antusias dan semangat anak-anak Desa Dikira untuk belajar meskipun bersama dengan orang baru.

Untuk kebutuhan hidup masyarakat secara umum, pria yang biasa disapa Epul ini sempat menyesalkan pemerataan sosial dan ekonomi masyarakat yang masih belum juga terlihat di Desa Dikira. Menurutnya, kebutuhan hidup masyarakat Desa Dikira masih jauh dari kata layak.

Salah satu peserta Ekspedisi Sumba 2015 dari Bandung, Saepul Hamdi. Foto: dok. Ekspedisi Sumba 2015

Salah satu peserta Ekspedisi Sumba 2015 dari Bandung, Saepul Hamdi. Foto: dok. Ekspedisi Sumba 2015

Lebih jauh, Epul merasa bahwa dirinya harus menginformasikan suasana dan keadaan yang terjadi di Desa Dikira sebagaimana apa yang ia rasakan saat hidup ditengah masyarakat Desa. Karena menurutnya, masyarakat di Kota besar khususnya Pulau Jawa harus mengetahui bagaimana saudara-saudara mereka di Indonesia Timur menjalani hidupnya.

Selain itu, Epul juga mengaku mendapat pelajaran penting tentang bagaimana hidup dengan mensyukuri karunia yang diberikan oleh Tuhan. Hal tersebut muncul kala ia melihat dan mengalami ritual berdoa yang selalu dilakukan oleh masyarakat setiap kali akan mengkonsumsi hasil bumi mereka.

“Satu hal yang Epul pelajari juga dari masyarakat Desa Dikira itu ada toleransi yang tinggi antar sesama. Ketika di Jawa banyak orang yang bilang orang-orang di Indonesia Timur memiliki toleransi yang rendah khususnya pada para pendatang, maka mereka harus datang langsung ke sini dan merasakan bagaimana masyarakat lokal (di sini) mampu hidup berdampingan dengan rasa toleransi yang tinggi,” ujarnya dengan nada haru.

Sebagai informasi, Desa Dikira adalah salah satu Desa yang menjadi tujuan tim Ekspedisi Sumba 2015. Desa ini berada di Sumba Barat Daya dengan 325 Kepala Keluarga yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani sayur dan peternak.

Sapul Hamdi atau biasa disapa Epul adalah salah satu peserta asal Kota Bandung yang tergabung dalam Ekspedisi Sumba 2015. Bersama tujuh orang peserta lainnya, Epul melakukan perjalanan untuk mempelajari dan merasakan bagaimana suasana dan keadaan hidup masyarakat Sumba sembari mengkampanyekan perubahan iklim dan energi terbarukan yang dikembangkan oleh Hivos, organisasi internasional pembangunan nirlaba non-pemerintah internasional.

Tujuh peserta lainnya adalah Dea Sihotang dari Cibubur, Novianus Efrat dari Jakarta, dan Griksa Gunadarma dari Jakarta. Sedangkan tim dari Belanda yaitu Guido, Franka, Joyce dan Sylvia.

Penulis: Danny Kosasih

Top