Ekonomi Sirkular, Menakar Kans Indonesia dalam Pengelolaan Limbah

Reading time: 3 menit
Ekonomi SIrkular: Menyorot Kans Indonesia dalam Pengelolaan Sampah
Upaya pembangunan ekonomi sirkular fokus pada lima sektor usaha yaitu makanan, elektronik, tekstil, konstruksi, dan plastik. Ilustrasi: Shutterstock.

Jakarta (Greeners) – Menuju Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) keempat yang dijadwalkan pada 21 Juli-23 Juli 2021, ICEF mengadakan diskusi virtual pengantar dengan tema Menuju Kota Cerdas dan Berkelanjutan Melalui Ekonomi Sirkular” (06/10/2020). Diskusi ini membahas penerapan ekonomi sirkular Indonesia sebagai upaya pembangunan berkelanjutan, salah satunya dengan pengelolaan limbah.

Upaya pembangunan ekonomi sirkular fokus pada lima sektor usaha yaitu makanan, elektronik, tekstil, konstruksi, dan plastik. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memperkirakan populasi manusia di dunia mencapai 8,5 M. Sekitar 30% dari masyarakat dunia yang menempati wilayah perkotaan.

“Tahun 2025, diproyeksikan populasi di Indonesia sekitar 7,1% tinggal di perkotaan yang berkonsentrasi di Jawa. Populasi yang meningkat menyebabkan konsumsi, kebutuhan manusia juga akan meningkat. Oleh karena itu, sangat penting merancang pembangunan kota yang berkelanjutan untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik” ujar Staf Ahli Menteri PPN Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan, Amalia Adininggar Widyasanti.

Ekonomi Sirkular: Menyorot Kans Indonesia dalam Pengelolaan Limbah

Amsterdam merupakan kota yang menerapkan ekonomi sirkular. Foto: Shutterstock.

Sejalan dengan visi pembangunan di Indonesia 2025, pemerintah mengelaborasi ekonomi sirkular sebagai salah satu cara untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan tersebut. Beberapa konsep terkait dengan ekonomi sirkular ini menargetkan dampak pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Saat ini Indonesia masuk dalam masa transisi dari ekonomi linear menuju ekonomi sirkular. Manfaat dari penerapan ekonomi sirkular bagi lingkungan adalah meminimalisir produksi limbah yang merusak lingkungan dan memaksimalkan bahan produksi.

“Pembangunan yang mengikuti skenario seperti biasa (ekonomi linear), ini menghabiskan sumber daya alam; merusak lingkungan hidup; dan menghasilkan krisis iklim. Oleh karena itu, sangat penting bagi Indonesia untuk menggunakan pendekatan yang baru, yang dipercayai menjadi solusi dari masalah-masalah ini,” ujar Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Arifin Rudiyanto.

Baca juga: Pakar Desak Pemerintah Gunakan Metodologi Baru dalam Restorasi Alam

LSM: 60% Sampah Belum Dikelola dengan Benar

Penerapan ekonomi sirkular mengajak pengusaha dan pemangku kepentingan lainnya menerapkan sistem 5R yaitu Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Repair. Salah satu lembaga yang berkontribusi dalam penerapan ekonomi sirkular ini adalah Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (PRAISE) sebuah organisasi non-profit di bidang pengelolaan kemasan .

Ekonomi Sirkular: Menyorot Kans Indonesia dalam Pengelolaan Limbah

Tumpukan sampah plastik yang hanyut ke pantai Kuta, Bali. (12/2/2017). Foto: Shutterstock.

“Indonesia memiliki banyak kesempatan dalam hal manajemen limbah. Dari 6,8 juta ton sampah yang diproduksi setiap tahunnya, 60% belum dikelola dengan benar. Sejalan dengan target pemerintah untuk mengurangi sampah plastik di laut Indonesia sekitar 70% pada tahun 2025. Hal tersebut memerlukan upaya dari semua sektor,” jelas Ketua PRAISE, Karyanto Wibowo.

Karyanto juga menekankan, upaya manajemen limbah dapat dimulai dari perubahan paradigma penggunaan plastik. Dia melanjutkan, perubahan paradigma bukan hanya di kalangan konsumen melainkan juga harus diadopsi kalangan perusahaan. Perusahaan, lanjut Karyanto, harus memikirkan sistem untuk memproduksi, mengumpulkan kembali, mendaur ulang, dan mengolah kemasan dengan benar agar dapat digunakan kembali.

Baca juga: Berkenalan dengan Kang Pisman, Waseda dan Loseda dari KBS Bandung

Menilik Peran Warga dalam Ekonomi Sirkular

Menggema Karyanto, Ketua Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Dodi Reza Alex juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam penerapan ekonomi sirkular.

“Salah satu kekhawatiran terbesar Indonesia adalah bila kita tidak bisa melindungi lingkungan kita. Untuk melindungi lingkungan hidup berarti melindungi komunitas dan memberdayakan masyarakat” jelas Ketua Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), H. Dodi Reza Alex.

Bupati Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, ini berinisiasi melibatkan semua anggota LTKL yang merupakan kabupaten sekitar untuk mengambil peran dalam ekonomi sirkular. Dia menjelaskan, perangkulan kabupaten sekitar bertujuan menjaga lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menggunakan bahan dari lingkungan.

“Ekonomi sirkular ini penting karena mendorong dan juga mendukung visi kami (LTKL) untuk mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan di tempat-tempat kami (daerah anggota LTKL). Bukan hanya lingkungan tetapi ekonomi” jelas Dody.

Dody mengatakan, pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memanfaatkan limbah rumah tangga dan sumber daya yang ada dengan benar. Salah satu penerapannya adalah produksi baju dari limbah cair dan pewarna dari perkebunan gambir.

Dengan memanfaatkan limbah, lanjut Dody, pihaknya berupaya mensejahterakan masyarakat produksi tersebut. Selain itu di beberapa lokasi, penerapan limbah ban bekas digunakan menjadi bahan aspal jalan. Dody menyebut upaya ini sebagai bagian penerapan ekonomi sirkular di tingkat masyarakat.

Penulis: Maria Soterini

Editor: Ixora Devi

Top