Fake Plastic World

Reading time: 6 menit

Apa yang kita harapkan setelah terjebak dalam dunia plastik yang kita ciptakan sendiri ini? Di antara kita pasti masih banyak kebingungan ketika kesadaran tentang budaya konsumtif yang menjebak dalam dunia yang kelebihan plastik (plastic overloaded). Karena mau tidak mau, kita tidak bisa lepas begitu saja dari segala hal yang berkaitan dengan plastik. Tergerak oleh pertanyaan itu, saya memipiri jalan-jalan berdebu di Cigondewah Bandung. Seperti berada di teras istana barang bekas, di sana berbagai macam ada mulai dari perca hingga besi berkarat. Begitu juga dengan plastik yang bagi kebanyakan orang sudah dianggap sampah; di sini malah menjadi komoditas berharga. Dengan canda, seorang pegawai di bandar plastik bekas mengecap daerah ini wilayah “kuya”, kumuh tapi kaya. Memang susah menemukan kesan mewah semenjak persawahan subur di Bandung Selatan ini disihir menjadi kawasan industri.

Saya berhenti lama di sebuah penampungan plastik yang menerima plastik daun (plastik berupa helaian). Di sini para pekerjanya bisa membedakan jenis plastik hanya dengan sedikit sentuhan dan kerjapan mata. “Ini PE! ” seru seorang pekerja sambil menunjukkan secabik plastik. Saya menanyakan apa itu PE, mengharapkan jawaban definitif tentang akronim tersebut, “Ini jenis plastik yang mahal”. Wow! Jawaban yang cukup memuaskan bagi saya.

Namun di balik kekumuhan ini, sebuah mata rantai daur ulang berskala besar tergambar. Bagaimana sampah plastik diambil oleh pemulung atau langsung diantar oleh pengusaha tekstil, lalu dijual ke bandar plastik seperti tempat ini. Di sini plastik dipilah, dibersihkan, lalu dikelompokkan. Kemudian ditimbang lalu dijual ke pabrik daur ulang.

Menurut data yang saya kutip dari Sobirin, berat sampah Kota Bandung dalam sehari setara dengan berat 1.000 ekor gajah. Sampah plastiknya bila dibentangkan dapat menutupi 50 lapangan sepakbola. Sampah kertasnya setara dengan bubur kertas dari 500 batang pohon. Melihat gambaran tersebut, layak kita mengacungkan seluruh jempol yang kita punya bagi mereka yang bisa memanfaatkan kembali sampah seperti pendulang lembaran plastik di Cigondewah ini.

Selain daur ulang (recycle), ada cara lain untuk mengurangi sampah plastik, yaitu menggunakan kembali (reuse) dan mengurangi pemakaian (reduce). Tentu ini langkah yang setiap orang bisa lakukan.

 “Sampah plastiknya bila dibentangkan dapat menutupi 50 lapangan sepakbola”

Top