Kualitas Udara Jakarta Terburuk, Ini Kata BMKG

Reading time: 2 menit
Selain emisi, buruknya kualitas udara di Jakarta juga karena pengaruh kondisi meteorologis. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, buruknya kualitas udara Jakarta dapat pengaruh faktor meteorologis.  Hal inilah yang menyebabkan buruknya kualitas udara Jakarta dalam beberapa hari belakangan.

Sebelumnya, berdasarkan data jaringan pemantau kualitas udara real-time IQAir, dalam beberapa hari terakhir, Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk dibanding kota-kota besar di dunia.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan mengatakan, kondisi harian pada musim kemarau menyebabkan kandungan uap air cukup rendah. Akibatnya tak ada pencucian polutan oleh air. Hal inilah yang menyebabkan kondisi polutan sangat tinggi.

“Sementara saat polutan ada ketika musim hujan dengan kandungan uap air tinggi, maka cenderung akan turut tercuci luruh oleh air hujan,” katanya kepada Greeners, Senin (20/6).

Dodo membenarkan bahwa Jakarta secara fluktuatif termasuk dalam kota dengan kualitas terburuk. Penyebabnya, sambung dia yaitu sumber polusi yang semakin masif seiring kondisi Covid-19.

Polusi Jakarta Karena Konsetrasi PM2.5 yang Tidak Sehat

Menurut catatan BMKG, Jakarta mengalami peningkatan konsentrasi partikel debu halus (PM2.5), khususnya dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, konsentrasi PM2.5 di Ibu Kota melampaui level tertinggi pada angka 148 mikrogram per kubik.

“Tingginya konsentrasi PM2.5 dibandingkan hari-hari sebelumnya ini termasuk kategori tak sehat,” kata Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko dalam keterangannya.

Peningkatan konsentrasi PM2.5 di wilayah Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir dipengaruhi oleh empat faktor. Pertama, karena adanya emisi, dari sumber lokal seperti transportasi dan residensial. Maupun dari sumber regional dari kawasan industri dekat Jakarta.

Emisi ini dalam kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh parameter meteorologi. Emisi dapat terakumulasi sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi yang terukur melalui monitoring konsentrasi PM2.5.

Kedua, adanya pergerakan angin mengarah ke Jakarta. Proses pergerakan polutan udara seperti PM2.5 karena pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain.

Adapun pola angin lapisan permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, sehingga membuat PM2.5 terakumulasi di DKI.

Ketiga, tingginya kelembaban udara. Peningkatan konsentrasi PM2.5 berbanding lurus dengan kadar uap air di udara dari parameter kelembapan udara relatif.

Keempat, kelembapan udara relatif yang tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan inversi yang dekat dengan permukaan.

Kualitas Udara Jakarta Berbahaya Bagi Kesehatan

Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM2.5 yang ada di permukaan menjadi tertahan, tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain sehingga mengakibatkan akumulasi konsentrasinya yang terukur di alat monitoring.

Urip menjelaskan, PM2.5 merupakan salah satu polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Adapun ukurannya yang sangat kecil, yakni tidak lebih dari 2,5 mikrometer membuat PM2.5 dapat dengan mudah masuk ke dalam sistem pernapasan. Imbasnya, PM2.5 dapat menyebabkan gangguan infeksi saluran pernapasan dan gangguan pada paru-paru.

PM2.5, sambung dia bahkan dapat menembus jaringan peredaran darah dan terbawa oleh darah ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner.

Urip menekankan agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar ruangan dan menggunakan pelindung diri seperti masker yang sesuai untuk dapat mengurangi tingkat paparan terhadap polutan udara.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top