Plethodon cinereus, Salamander Bioindikator Ekosistem Hutan

Reading time: 2 menit
Plethodon cinereus dikenal sebagai eastern red-backed salamander atau salamander punggung merah timur. Foto: Inaturalist
Plethodon cinereus dikenal sebagai eastern red-backed salamander atau salamander punggung merah timur. Foto: Inaturalist

Plethodon cinereus memiliki nama lain eastern red-backed salamander atau salamander punggung merah timur. Salah satu golongan satwa amfibi ini berasal dari famili Plethodontidae yang beranggotakan lebih dari 370 spesies.

P. cinereus merupakan spesies amfibi yang biasa digunakan sebagai indikator kesehatan ekosistem hutan. Sebab, P. cinereus sangat sensitif terhadap perubahan kondisi habitat, seperti peningkatan kadar asam (pH) tanah.

Salamander punggung merah ini juga dijuluki sebagai pemakan denyut nadi. Sebab, mereka akan makan dalam jumlah besar ketika kondisi mendukung. Kemudian, mereka akan menyimpan cadangan makanan sebagai lemak untuk bertahan hidup ketika kondisi lingkungan tak memadai.

Plethodon cinereus Memiliki Dua Fase Warna yang Berbeda

Panjang tubuh salamander ini sekitar 5,7 hingga 12,7 cm dengan dua fase warna tubuh yang berbeda. Ketika fase “punggung merah”, tubuhnya berwarna abu-abu atau hitam dengan garis merah atau oranye di punggungnya. Garis tersebut memanjang dari leher hingga ekor.

Sementara, saat fase “punggung belakang” tak memiliki garis merah, bagian punggung tersebut akan berwarna hitam atau abu-abu saja. Di bagian perut berwarna putih berbintik-bintik dan abu-abu, sehingga terlihat pola garam dan merica.

Taksonomi Plethodon cinereus. Foto: Greeners

Taksonomi Plethodon cinereus. Foto: Greeners

Salamander P. cinereus memiliki lima jari pada kaki belakangnya. Selain itu, terdapat 16 hingga 19 lekukan kosta. Individu jantan dan betinanya tidak memiliki perbedaan yang signifikan hingga sulit dibedakan.

Berbeda dengan salamander dan amfibi jenis lain, setelah P. cinereus bertelur akan langsung berkembang menjadi salamander kecil. Mereka tidak memiliki tahap larva akuatik seperti jenis lainnya.

Amfibi ini memangsa berbagai macam invertebrata, seperti tungau, laba-laba, kelabang, kaki seribu, kumbang, siput, cacing, lalat, hingga larva. Waktu yang optimal bagi P. cinereus untuk mencari makan adalah selama dan sesaat setelah hujan. Pergerakan salamander dibatasi oleh area-area yang lembab saja, karena mereka harus mempertahankan tubuhnya tetap lembap sepanjang hari.

Sebagai Bioindikator Ekosistem Hutan

P. cinereus menghabiskan waktunya di atas tanah (terestrial) di dalam hutan gugur di seluruh wilayah geografisnya. Umumnya, mereka berada di tumpukan serasah daun, di bawah batu, batang kayu, atau dalam liang kecil. Karena memiliki kepekaan terhadap kondisi pH tanah, salamander punggung merah tak bisa hidup di tanah yang ber-pH antara 3-4. Selain itu, mereka juga jarang berada di atas tanah dengan pH 3,7 atau lebih rendah.

Sementara, distribusinya terbentang dari Missouri, Carolina Utara, Quebec dan Provinsi Maritim di Kanada hingga Minnesota. Jumlah populasinya di alam menurut IUCN masih stabil dan status konservasinya juga belum terancam.

 

Penulis: Anisa Putri

Editor: Indiana Malia

Top