Bahaya Merkuri Mengintai, Pemerintah Waspada

Reading time: 5 menit
bahaya merkuri

Ilustrasi: Ist.

Ada di udara

Peneliti yang juga pendiri BaliFokus Yuyun Ismawati mengatakan, di Indonesia hingga saat ini masih belum ada batasan minimal untuk kandungan merkuri di udara. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga tidak menyebutkan berapa batas aman kandungan merkuri di suatu daerah. Namun dia mencontohkan, batasan kandungan merkuri udara di Jepang adalah 400 nanogram per m3. Sedangkan di Amerika Serikat mencapai 1.000 nanogram per m3. Jika suatu daerah di negara tersebut terdapat kandungan merkurinya melampaui ambang batas, maka penduduknya harus diungsikan ke daerah aman.

“Oleh karena itu seberapapun kandungan merkuri di sebuah Kota, tetap perlu diwaspadai demi kelestarian alam dan kesehatan penduduknya,” kata Yuyun.

Yuyun menuturkan, kandungan merkuri di udara tidak akan hilang dalam jangka waktu 1,5 tahun meski telah terkena hujan. Kalaupun hilang, kandungan merkuri itu akan hanyut ke air, kemudian bisa termakan ikan dan akhirnya dikonsumsi manusia. Jumlah kasus keracunan merkuri yang terdata Bali Fokus, dikatakannya, hanya merupakan puncak gunung es. Laporan Bali Fokus pada Maret 2015, misalnya, menunjukkan bahwa tanda-tanda keracunan merkuri sudah ditemui di tiga wilayah Indonesia, antara lain Bombana di Sulawesi Tenggara, Sekotong di Lombok Barat, dan Cisitu di Banten.

Ketiga lokasi tersebut merupakan hotspot penambangan emas skala kecil, sektor penyumbang emisi merkuri terbesar di Indonesia dan dunia. Di Cisitu, penambangan emas sudah berlangsung selama 15 tahun dengan pemakaian merkuri sekitar 25 ton per tahun. Sementara di Sekotong, penambangan emas selama 10 tahun telah menggunakan merkuri sekitar 70 ton per tahun. Di Bombana, Sulawesi Tenggara, penambangan liar emas juga sudah berlangsung selama 10 tahun terakhir.

“Sejauh ini, Bali Fokus sudah mendapatkan 28 kasus diduga terkait merkuri di tiga wilayah yang diteliti. Kasus-kasus ini masih harus dibuktikan dengan pemeriksaan secara medis. Merkuri sendiri itu ada dua bentuk, sebagai unsur dan sebagai merkuri anorganik berwujud metil merkuri. Merkuri dalam bentuk unsur bisa dikeluarkan dari tubuh lewat feses. Tapi tidak dengan metil merkuri yang dihasilkan lewat pembakaran. Senyawa itu akan terakumulasi yang menyebabkan kecacatan,” pungkasnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top