Harapan Bertambahnya Populasi Anoa dari Anoa Breeding Center

Reading time: 2 menit
anoa breeding center
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya memberikan nama "Anara" kepada seekor bayi anoa yang baru lahir di fasilitas Anoa Breeding Center (ABC) Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manado, Rabu (10/01/2017). Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Berbagai upaya untuk meningkatkan populasi spesies satwa yang terancam punah terus dilakukan, dan kini kabar gembira datang dari Anoa Breeding Center (ABC) Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manado dengan lahirnya seekor bayi anoa. Bayi anoa ini merupakan bayi kedua yang lahir dari fasilitas tersebut. Namun demikian, upaya pelestarian satwa masih dihadang sejumlah masalah.

Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Agus Justianto menyatakan, masalah keterancaman biodiversitas tidak bisa dilihat secara tunggal dan linear karena masalahnya yang kompleks. Terkait anoa, kelangkaan satwa ini menurutnya disebabkan oleh lingkungan yang tidak memungkinkan anoa berkembang dengan baik. Selain itu, kondisi ekosistem, ekologi, bahkan sosial, ekonomi dan budaya juga menjadi bagian dari permasalahan.

“Daging anoa ini biasa diburu dan dimakan oleh manusia. Mereka tidak peduli karena mereka tidak memikirkan ekosistem. Jadi, itu tantangan kita, bagaimana selain meningkatkan populasi juga harus mengatur tata kelola lingkungannya. Kalau tidak, ya, percuma saja dilepas nanti diburu lagi,” katanya.

BACA JUGA: Semua Pihak Harus Peduli pada Keberlangsungan Satwa Liar Indonesia

Salah satu bentuk upaya dari pemerintah meningkatkan populasi anoa, lanjut Agus, adalah dibangunnya fasilitas ABC. Fasilitas yang diresmikan oleh Menteri LHK Siti Nurbaya pada tanggal 5 Februari 2015 lalu tersebut, saat ini dihuni oleh sembilan ekor anoa. Kesembilan satwa tersebut diberi nama Rambo, Rocky, Rita, Denok, Ana, Manis, Stela, Maesa, dan Anara, nama bayi anoa yang baru lahir yang diberikan oleh Menteri LHK Siti Nurbaya pada tanggal 10 Januari 2018.

“Untuk meningkatkan populasi anoa, kita membuat ABC. Dari situ kita berharap (ABC) bisa meningkatkan populasi. Kita juga berharap instansi lain, entah itu melalui CSR (corporate social responsibility) perusahaan bisa membantu. Karena masalah terancamnya populasi flora dan fauna sudah global,” ujar Agus.

BACA JUGA: Indonesia Targetkan Peningkatan 10 Persen Populasi Gajah Pada 2019

Sebagaimana diketahui, anoa (Bubalus sp.) merupakan hewan langka endemik Sulawesi yang saat ini masuk dalam kategori terancam punah dalam Daftar Merah IUCN (The International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) dan dilindungi oleh Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Anoa juga digolongkan sebagai satwa terancam punah dan masuk dalam Appendix I CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna).

Penulis: Dewi Purningsih

Top