Satgas Illegal Fishing Tenggelamkan 107 Kapal Sepanjang Tahun 2015

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: pixabay.com

Jakarta (Greeners) – Satu tahun pasca beroperasinya Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Illegal Fishing, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengklaim telah berhasil menenggelamkan 107 kapal asing sepanjang tahun 2015. Kapal-kapal asing tersebut diketahui melakukan pencurian ikan secara ilegal, baik di perairan Indonesia bagian Barat, Tengah, maupun Timur.

Selain menangkap awak dan menenggelamkan kapal-kapal asing ilegal, Satgas yang kemudian berganti nama menjadi Satgas 115 sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 115 Tahun 2015 ini juga telah menuntaskan perdagangan manusia dan masalah ketenagakerjaan lainnya.

Ketua Pelaksana Harian (Kalakhar) Satgas 115 yang juga Wakil Kepala Staf TNI AL, Laksamana Widodo menjabarkan 107 kapal tersebut terdiri atas 39 kapal asal Vietnam, 21 kapal dari Thailand, 6 kapal dari Malaysia, 34 kapal dari Filipina, 4 kapal dari Indonesia, 2 kapal dari Papua Nugini dan 1 kapal dari Cina.

“Kebanyakan kapal-kapal tersebut berasal dari Asia Tenggara,” katanya seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima oleh Greeners, Jakarta, Selasa (29/12).

Widodo menyatakan, sebanyak 40 kapal asing yang melakukan pencurian ikan ilegal pada bulan November dan Desember 2015 sedang dalam proses putusan pengadilan. Ke 40 kapal tersebut juga berpotensi untuk ditenggelamkan.

Selain itu, sebanyak 109 dari 384 Anak Buah Kapal (ABK) asing berkebangsaan Myanmar masih tertahan di Ambon. Mereka belum mendapatkan gaji dari perusahaan karena mereka tidak diakui oleh perusahaan sebagai ABK yang pernah bekerja untuk perusahaan tersebut.

Menurut Widodo, untuk proyeksi tahun 2016, KKP akan fokus pada pengawasan perairan di Arafura, Utara Halmahera Pasifik, dan Natuna. Alasannya, perairan tersebut menjadi lahan incaran strategis bagi para pencuri ikan.

KKP, lanjutnya, juga akan mengefisienkan pesawat maritim milik TNI AU, TNI AL, dan kepolisian. Ia menyatakan, untuk pengadaannya sendiri masih dalam pembicaraan oleh tim di KKP sehingga belum bisa diputuskan jumlah pesawat yang dibutuhkan.

“Kita berharap di tahun 2016 sudah punya pesawat tanpa awak (Unmaned Aerial Vehicle) yang patroli ke wilayah pencurian ikan,” pungkasnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top