Merpati Pembawa Data Polusi Udara

Reading time: 2 menit
Plume Labs meluncurkan Pigeon Air Patrol, proyek yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang langit London yang penuh polusi. Foto: Pigeon Air Petrol/inhabitat.com

Burung merpati di kota London adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pemandangan kota. Mereka bisa ditemukan di jalanan dan taman-taman kota London, berkumpul mencari serangga atau remah-remah makanan. Namun beberapa burung kecil ini akan mendapatkan pekerjaan besar, yaitu mengawasi kualitas udara kota London selama tiga hari.

Proyek yang diinisiasi oleh Plume Labs ini dinamakan Pigeon Air Patrol, proyek yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang langit London yang penuh polusi. Proyek ini mengandalkan layanan dari Twitter untuk menyambungkan penduduk kota London dengan merpati balap yang dilengkapi dengan tas punggung. Tas punggung ini memiliki fungsi untuk memberitakan kualitas udara secara spesifik di tempat dan waktu tertentu.

Plume Labs meluncurkan proyek Pigeon Air Patrol di hari Senin (11/04) lalu. Merpati-merpati tersebut dikirimkan untuk terbang di sekeliling London selama tiga hari untuk mengumpulkan informasi. Proyek ini menggunakan merpati balap terlatih yang membawa sebuah alat yang disimpan di punggungnya seperti ransel. Alat ini adalah sensor lingkungan yang membaca tingkat polusi udara sepanjang jalur terbang burung tersebut. Sensor yang ringan ini tidak mengganggu kemampuan merpati untuk terbang.

Tas punggung yang digunakan merpati dalam proyek Pigeon Air Patrol. Tas ini merupakan alat sensor lingkungan yang membaca tingkat polusi udara. Foto: Pigeon Air Petrol/inhabitat.com

Tas punggung yang digunakan merpati dalam proyek Pigeon Air Patrol. Tas ini merupakan alat sensor lingkungan yang membaca tingkat polusi udara. Foto: Pigeon Air Petrol/inhabitat.com

Sambil terbang, merpati ini mengumpulkan data tingkat polutan diantaranya ozon, bahan-bahan kimia yang mudah menguap dan kadar nitrogen dioksida dalam udara, semuanya tersambung dengan lokasi di GPS. Pada intinya, merpati tersebut memetakan kualitas udara di London, sesuatu yang cukup sulit dilakukan secara waktu-nyata (real time) tanpa melibatkan burung-burung kecil untuk membawa peralatan tersebut kemana-mana.

Perusahaan ini menggunakan jasa Twitter untuk melaporkan hasil pengumpulan data oleh merpati tersebut dari waktu ke waktu, kemudian mereka mengundang para penduduk London untuk berinteraksi dengan proyek ini dengan memberikan twit kepada @PigeonAir bersama dengan lokasi mereka saat itu untuk belajar tentang polusi udara lokal dari sudut pandang merpati.

Plume Labs menggunakan jasa Twitter untuk melaporkan hasil pengumpulan data. Foto: Pigeon Air Petrol/inhabitat.com

Plume Labs menggunakan jasa Twitter untuk melaporkan hasil pengumpulan data. Foto: Pigeon Air Petrol/inhabitat.com

Bagi mereka yang peduli tentang kesejahteraan hewan yang melakukan pengawasan polusi, Plume Labs menegaskan agar tidak mengkhawatirkan burung merpati tersebut. Semua merpati balap yang terlibat dalam program ini milik seorang pria bernama Brian yang menyayangi merpatinya seperti layaknya hewan peliharaan.

Merpati balap mempunyai kecenderungan untuk hidup 4 kali lipat lebih lama dibandingkan merpati yang hidup liar di jalanan karena perlakuannya yang khusus. Setelah proyek ini selesai, merpati tersebut akan kembali ke kehidupan normal mereka sebagai merpati balap.

Penulis: NW/G15

Top