Data Historis Bencana Dibutuhkan untuk Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana

Reading time: 2 menit
mitigasi
Gunung Sinabung. Foto: Rendy Cipta Muliawan/Flickr.com

Jakarta (Greeners) – Bencana merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Lebih dari 90 persen bencana yang terjadi merupakan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung. Kantor Bank Dunia memaparkan bahwa tiap tahunnya dunia mengalami kerugian US$520 miliar (sekitar Rp 6.916 triliun) akibat bencana alam.

Kelompok yang paling menderita ialah masyarakat paling miskin karena bencana alam merupakan motor penggerak terjadinya kemiskinan. Dari riset Bank Dunia, untuk Indonesia, jika bisa menambah pendapatan ke kelompok miskin sebesar 10 persen, akan mampu menghindari kerugian kesejahteraan akibat bencana hingga US$8,9 juta per tahun.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, data merupakan bagian yang penting dalam menyiapkan mitigasi dan kesiapsiagaan agar bencana dan kemiskinan dapat diatasi secara bersamaan. Data bencana memiliki peran yang penting baik dalam pra, saat maupun setelah terjadi bencana.

BACA JUGA: Tahun 2016 Tercatat Sebagai Rekor Tertinggi Bencana Sejak 2012

Data historis bencana ini, katanya, bisa menjadi rujukan dalam penentuan kebijakan, mitigasi, kesiapsiagaan dan penelitian demi mengantisipasi bencana yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pada saat darurat, data memegang kunci dalam peranan penanggulangan, jumlah korban, pengungsi dan kerusakan bagi pengambil keputusan. Disaat pasca bencana, data bencana digunakan dalam penentuan jumlah kebutuhan yang diperlukan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.

“Data bencana menciptakan peluang dalam segala hal. Satu data bencana memang tidak berbicara sesuatu, namun data yang terus berlanjut dan komparasi data yang kuat akan memberikan informasi yang cukup akurat,” kata Sutopo, Jakarta, Jumat (24/03).

BNPB mencatat selama tahun 2017 hingga bulan ke tiga, telah terjadi bencana sebanyak 793 kejadian yang menyebabkan 83 korban tewas, 210 luka-luka, 777.350 jiwa menderita dan mengungsi. Selain itu bencana juga menyebabkan kerusakan pada beberapa sektor. Tercatat 8.373 rumah mengalami kerusakan, termasuk 139 fasilitas pendidikan, 94 fasilitas peribadatan, dan 13 fasilitas kesehatan rusak selama tahun 2017 ini.

BACA JUGA: Antisipasi Banjir, BNPB dan MIT Luncurkan PetaBencana.id

Menurut Sutopo, pola penanggulangan bencana yang bergeser ke arah mitigasi dan kesiapsiagaan membutuhkan suatu kesimpulan yang mampu disajikan dengan data bencana yang akurat. Karena pada akhirnya, pemilihan dan penentuan kebijakan penanggulangan bencana akan lebih mudah dilakukan jika merujuk pada bencana yang telah terjadi.

“Mitigasi dan kesiapsiagaan yang tepat akan mampu menjauhkan bencana dari masyarakat dan menjauhkan masyarakat dari bencana tentunya,” tutup Sutopo.

Penulis: Danny Kosasih

Top