Pidada Putih, Maskot Terbaru Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2021

Reading time: 2 menit
Pidada putih bermanfaat untuk material bangunan hingga bumbu masakan. Foto: Shutterstock

Pemerintah menetapkan pidada putih sebagai salah satu maskot Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Bersama dengan koral Acropora suharsonoi, tumbuhan ini pakar harapkan mampu mendongkrak kepedulian masyarakat terhadap kekayaan hayati Indonesia.

Pidada putih publik kenal juga sebagai perepat. Flora ini ahli golongkan sebagai bakau yang berasal dari keluarga Lythraceae, serta memiliki nama latin atau binomial Sonneratia alba.

Melalui klasifikasinya, dapat kita ketahui bahwa perepat tergabung dalam ordo Myrtales. Ia berkerabat dekat dengan spesies pidada merah (S. caseolaris) serta 18 jenis pidada lainnya.

Selain itu, pidada putih memiliki sejumlah sinonim binomial seperti S. acida, S. caseolaris, S. griffithii, S. iriomotensis, S. mossambicensis, Chiratia leucantha, hingga Mangium caseolare.

Morfologi dan Ciri-Ciri Pidada Putih

Pohon pidada putih tampak selalu hijau (evergreen), ia memiliki tajuk melebar serta berbiak hingga 20 m. Kulit batang berwarna krem-cokelat dengan pola retak halus yang mendatar.

Akar tumbuhan tersebut cukup tebal, ia berkembang menyerupai kerucut-kerucut runcing dengan tinggi 25 cm. Daunnya yang tebal tumbuh berhadapan dengan bentuk bundar telur.

Jika kita hitung, ukuran daun perepat berkisar 5-12,5 x 3-9 cm. Pangkal daun itu berbentuk baji dengan ujung membulat lebar, serta memiliki tangkai yang ukurannya antara 6-15 mm.

Tangkai pidada putih terbilang unik karena memiliki kelenjar pada bagian pangkalnya. Bunga flora tersebut berkelamin ganda, tumbuh secara soliter, serta memiliki tangkai yang pendek.

S. alba juga mampu menghasilkan buah, bentuknya bulat dan agak gepeng dengan ukuran 3×4 cm. Buah hijau berbiji banyak itu jarang awam konsumsi karena berbau kurang sedap.

Baca juga: Bakau Minyak, Penjaga Ekologis dan Sumber Ekonomi Warga

Habitat dan Persebaran Pidada Putih

Pohon berbatang besar ini dapat kita jumpai pada bagian hutan yang menghadap langsung ke laut lepas. Mereka berkembang baik di wilayah tanah berpasir maupun berbatu karang.

Sebagai pionir hutan bakau, perepat biasanya tidak tahan berlama-lama terendam air tawar. Namun di lokasi jenis bakau lain dibalak, perepat justru dapat berbiak bahkan mendominasi.

Distribusi pidada putih sejatinya cukup luas. Mereka dapat kita temukan di timur Afrika, Asia Tenggara, Kepulauan Seychelle dan Madagaskar, hingga Australia tropis dan Kaledonia Baru.

Daerah kepulauan barat Pasifik sampai Oseanian barat daya juga menjadi pusat penyebaran perapat. Karena itu, jangan heran bila tanaman ini khalayak kenal memiliki banyak julukan.

Di Tanah Air, pidada putih awam kenal sebagai bogem, bidada,pedada, kedada dan bangka. Sedangkan di Filipina, ia populer dengan julukan bunayon, palatpat, payan dan sebagainya.

Kegunaan dan Manfaat Pidada Putih

Pohon pidada putih merupakan area berkumpul kunang-kunang. Bunganya yang nokturnal berkembang sepanjang tahun, serta diserbuki oleh spesies ngengat, burung dan kelelawar.

Bagi masyarakat lokal, kayu perepat dikenal memiliki kualitas mumpuni. Kayunya awet jika terendam air laut, sehingga sering awam gunakan sebagai geladak sampai siku-siku perahu.

Di Minahasa, Sulawesi Utara, kayu pidada berwarna cokelat (muda/tua) publik manfaatkan sebagai material rumah. Sedangkan di Maluku, buahnya berguna sebagai bumbu masakan.

Walau kaya manfaat, kayu pidada putih terkenal mengandung garam yang tinggi. Karena itu ia dapat menimbulkan karat pada paku dan baut, jika kita gunakan sebagai bahan bangunan.

Merujuk IUCN Red List, status konservasi S. alba berada pada level ‘least concern’ atau risiko rendah. Namun populasinya makin menurun, sehingga penting dilestarikan bersama-sama.

Baca juga: Xylocarpus Granatum, Spesies Bakau yang Kaya Manfaat

Taksonomi Spesies Sonneratia Alba

Penulis : Yuhan al Khairi

Top